Jakarta (Riaunews.com) – Meski belum menemukan titik terang, misteri demi misteri dalam kasus kematian empat orang dalam satu keluarga di Perumahan Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat, perlahan terungkap.
Kepolisian menyingkap fakta baru dari meninggalnya satu keluarga yang terdiri dari pasangan suami-istri Rudyanto Gunawan (70) dan Renny Margaretha (69); anak mereka bernama Dian (42); serta adik dari Rudyanto, Budiyanto (69).
Renny Margaretha diyakini sudah meninggal sejak Mei 2022, atau enam bulan sebelum keempat mayat ditemukan warga pada 10 November 2022.
Hal tersebut disampaikan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Hengki Hariyadi, dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (21/11/2022), sebagaimana dilansir Kompas.
Ini berarti, Dian dan Rudyanto yang kerap disaksikan oleh warga masih beraktivitas pada periode 2-3 bulan sebelum ditemukan tewas, sempat hidup bersama mayat dari ibu dan istri mereka.
Niat menjual rumah
Hengki mengatakan fakta tersebut terungkap setelah polisi menemukan percakapan Budianto dengan mediator penjual rumah, pada dua ponsel yang ditemukan di TKP.
Pada pertengahan tahun ini, Budiyanto sempat hendak menjual rumah tempat keempat anggota keluarga tersebut tinggal senilai Rp 1,2 miliar.
Ia menghubungi mediator untuk menjual rumahnya. Tak kunjung mendapat pembeli, mediator pun menawarkan Budianto untuk menggadaikan sertifikat rumahnya ke sebuah koperasi simpan pinjam.
”Dua mediator dan seorang petugas koperasi lalu datang ke rumah keluarga itu sama-sama. Pada saat itu diterima oleh almarhum Budianto. Begitu membuka gerbang langsung tercium bau busuk yang luar biasa pada 13 Mei,” ujar Hengki.
“Ditanyakan kepada pihak rumah ’kok bau seperti ini’, dijawab ’bau ini got yang lupa dibersihkan’,” lanjut Hengki.
Renny sudah menjadi mayat
Di dalam rumah, para tamu menemui Dian. Mereka sempat meminta ditunjukkan sertifikat rumah atas nama Renny Margaretha.
Lalu, petugas koperasi meminta dipertemukan dengan Renny. Namun pihak keluarga mengatakan Renny sedang sakit dan istirahat di kamar.
Pegawai koperasi tetap meminta diantarkan untuk masuk ke dalam kamar di depan rumah tempat Renny beristirahat.
Begitu kamar dibuka oleh Dian, bau busuk yang lebih menyengat menyeruak. Di dalam kamar, petugas melihat tubuh Renny terbaring dalam gelap.
“Dian mengatakan ibunya sensitif pada cahaya kepada petugas koperasi,” ujar Hengki.
Tanpa sepengetahuan Dian, pegawai koperasi simpan pinjam ini menghidupkan flash light HP-nya. “Begitu dilihat, langsung teriak takbir, ’allahu akbar’. Ini sudah mayat,” lanjut Hengki.
Diminta tak melapor
Begitu keluar kamar, petugas koperasi segera berbicara dengan dua mediator jual beli dan mengajak mereka keluar.
Budianto yang mengetahui petugas koperasi melihat Renny sudah menjadi mayat pun meminta mereka tidak melapor ke warga atau polisi.
Keterangan saksi yang disampaikan Hengki selaras dengan keterangan tetangga rumah yang pernah mencium bau busuk pada pertengahan tahun ini.
Kepada Kompas.com, tetangga rumah keluarga Rudyanto, Tio (58) mengaku pada rentang Maret-April lalu sempat ada bau busuk yang bersumber dari rumah tetangganya yang mengusik lingkungan sekitar.
“Saat itu saya pikir bau bangkai, tapi berminggu-minggu baunya tidak hilang-hilang, ujarnya. Setelah lewat beberapa pekan, lanjut Tio, bau tersebut hilang dengan sendirinya.
Fakta ini pun turut menjelaskan keberadaan kapur barus yang punya fungsi menyerap baru di rumah keluarga tersebut.
“Waktu kematian Renny ini bisa menjelaskan kenapa kondisi jasad Renny ditemukan mengering pada pertengahan bulan lalu,” ujar Hengki.
Penyidikan berlanjut
Jasad keempat anggota keluarga ini hingga kini masih diperiksa petugas laboratorium forensik di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Penyidik telah memegang sejumlah bukti dan petunjuk, mulai dari hasil otopsi keempat jasad, barang-barang di tempat kejadian perkara, keterangan para saksi, hingga jejak digital pada ponsel mereka.
Temuan-temuan tersebut nantinya dirangkai dan dicocokkan satu sama lain sehingga diharapkan dapat menyingkap misteri yang masih menyelimuti kasus ini.
Untuk merangkai segala temuan itu agar mengarah pada kesimpulan kasus, penyidik menggandeng sejumlah ahli di bidang medical forensik kolegal, patologi anatomi, toksikologi, dan DNA.***