Minggu, 3 November 2024

Istri Polisi Pelapor Guru Supriyani Mengaku Mendapat Penolakan Luar Biasa dari PGRI

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Aipda WH dan istrinya FN selaku pelapor guru Supriyani.

Kendari (Riaunews.com)- Inilah sosok FN, istri Aipda WH yang melaporkan guru Supriyani ke Polsek Baito, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.

Setelah ramai diperbincangkan, FN akhirnya mengungkap adanya keputusan PGRI Kecamatan Baito yang melarang anaknya bersekolah.

Dalam wawancara di program telusur TVOne, FN awalnya mengungkap kondisi anaknya yang mentalnya terganggu, meski kondisi fisiknya normal.

“Kalau secara fisik sehat tapi mental cukup terganggu semenjak ada ramai-ramai, kenapa banyak orang, kenapa saya dibawa ke sana dibawa ke sini. Kenapa tidak sekolah,” kata FN.

Dilansir Tribunnews, FN sempat membohongi D bahwa saat ini sedang libur.

Baca juga: Keselamatan Guru Supriyani Disorot Usai Mobil yang Sering Antar Diduga Ditembak, Diungsikan di Sini

“Saya sempat sampaikan tanggal merah nak libur, dia buka HP, tidak merah di HP kenapa saya tidak sekolah,” katanya.

FN lalu mengungkap adanya surat dari PGRI Kecamatan Baito yang salah satunya bukti keputusannya adalah mengeluarkan anaknya dari sekolah dan melarang sekolah manapun untuk menerimanya.

“Surat tersebut diberikan ke guru sekolah dan ditembuskan ke Polsek Baito,” katanya.

Isi surat tersebut, pertama, mogok belajar untuk tingkat TK, SD sampai SMP di Kecamatan Baito dimulai tanggal 21 Oktober 2024.

Lalu, siswa yang bermasalah dan menjadi saksi kasus ini dikembalikan ke orangtua masing-masing/dikeluarkan dan sekolah se-Kecamatan Baito tidak boleh ada yang menerima siswa tersebut.

Kemudian, PGRI juga meminta agar Guru Supriyani kembalikan atau di bebaskan ke sekolah.

“Kami merasa ada penolakan luar biasa dari PGRI Kecamatan Baito,” ungkapnya.

FN juga menceritakan awal mula mengetahui adanya luka di tubuh anaknya.

Diungkapkan, sebenarnya dia sudah curiga dengan gelagat anaknya saat dimandikan.

Ketika dipegang bagian pahanya, dia mengaku kesakitan.

Ternyata ada luka di kedua pahanya.

Saat ditanya, sang anak mengaku luka itu akibat terjatuh di sawah bersama ayahnya.

Awalnya FN tidak mempermasalahkan hal itu karena jatuh bersama ayahnya.

Namun di hari berikutnya justru Aipda WH yang kaget dengan luka anaknya saat dimandikan.

Aipda WH pun memberitahu FN.

FN lantas mendesak D bercerita soal asal muasal luka di pahanya.

“Saya desak dia hanya nangis tidak bisa bicara, saya dudukan dia di atas meja di kamar,” kata FN.

Di situlah D bercerita telah dipukul guru honorer Supriyani.

“‘Mas sayang gak sama ibu ? sayang bu. Mas senang gak kalau lihat ibu sedih ? kalau sayang sama ibu coba ceritakan kenapa luka di paha mas ini kenapa. Sambil menangis dia sampaikan aku dipukul mamanya A, bu Supri ? iya, kenapa kamu dipukul ? aku ndak selesai menulis. dipukul pakai apa ? pakai sapu,” kata FN menirukan percakapannya dengan sang anak.

Aipda WH pun sempat mengkonfirmasi ke beberapa orang.

“Dikonfirmasi ke temannya dia bertahan di satu nama,” katanya.

Meski sudah beberapa kali mediasi namun FN dan Aipda WH berkukuh membawa Supriyani ke meja hijau.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *