Semarang (Riaunews.com)- Desakan pencopotan Kombes Pol Irwan Anwar dari jabatan Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar makin deras, Imbas penanganan kasus penembakan yang dilakukan oleh Aipda Robig Z (38), anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang, yang menewaskan siswa SMKN 4 Semarang berinisial GRO (17) dan menuai kontroversi.
Desakan tersebut juga didukung oleh sebagian publik yang menilai adanya indikasi upaya menutup-nutupi kasus serta dugaan rekayasa kronologi kejadian ditambah pihak keluarga korban secara terbuka meminta agar Kapolrestabes Semarang dicopot dari jabatannya.
Saat dimintai tanggapan, Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Artanto, memilih untuk tidak banyak berkomentar. “Kalau itu biar pimpinan yang menilai, ya,” katanya di Mapolda Jateng, dikutip Inilahjateng, Selasa (17/12/2024).
Lucunya, Artanto masih mencoba memberikan pembelaan dengan menyebut Kapolrestabes Semarang tetap berkomitmen menjalankan tugasnya secara profesional. “Prinsipnya Kapolrestabes beserta penyidiknya dia profesional, dia tetap melakukan tugasnya, tetap melakukan penyidikan terhadap kasus kenakalan remajanya,” tegasnya.
Untuk diketahui, Aipda Robig resmi dipecat dari anggota Polri berdasarkan hasil sidang Komisi Kode Etik Kepolisian (KKEP) yang berlangsung pada Senin (9/12/2024), lalu. Setelah dipecat, statusnya dalam kasus pidana telah resmi dinaikkan menjadi tersangka dan hingga saat ini masih ditahan.
Kapolrestabes Fitnah Anak Yatim
Salah satu korban selamat dari peristiwa penembakan tiga siswa SMKN 4 Semarang telah memberi kesaksian. Rupanya para siswa tersebut tidak terlibat tawuran apalagi jadi anggota gengster, sebagaimana pembelaan Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar terhadap aksi arogan anak buahnya.
Pengacara publik dari LBH Semarang Fajar Muhammad Andhika mengungkapkan, salah satu korban selamat mengaku sempat berkomunikasi dengan orang tua melalui WhatsApp, mengabarkan sedang mengantar teman ke daerah Gunungpati, Kota Semarang, 30 menit sebelum ditembak Aipda Robig.
“Mendapat pengakuan baru korban selamat dan orang tuanya, jelas mereka tidak melakukan tawuran seperti dituduhkan oleh Kepala Polrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar,” katanya, dikutip di Jakarta, Ahad (8/12/2024).
Fajar mengatakan, pihaknya telah melakukan investigasi. Selain mendatangi dan meminta keterangan sejumlah saksi di lokasi kejadian Jalan Candipenataran Raya, Ngaliyan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, LBH Semarang juga menemui keluarga dan para korban penembakan.
“Dari sini jelas tidak ada kejadian tawuran ataupun gengster di lokasi seperti juga diungkapkan saksi di lokasi kejadian, sehingga Kepala Polrestabes Semarang telah melakukan tindakan obstruction of justice atau upaya menutup-nutupi fakta yang sebenarnya,” ujar Fajar.
Bahkan para korban dikenal sebagai anak baik yang jauh dari kenakalan. Mereka juga aktif kegiatan di sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
Fajar mengatakan mereka juga merupakan harapan keluarga, bahkan ada satu korban selamat merupakan anak yatim yang berprestasi. “Maka kami menuntut Kepala Polrestabes Semarang dipecat,” kata dia tegas.
Sebelumnya, Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar sempat membela anak buahnya dengan menjelaskan dihadapan Komisi III DPR bahwa kejadian ini dikarenakan polisi ingin membubarkan tawuran.
Irwan menjelaskan ada dua kelompok yang hendak tawuran di kawasan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah. Salah satu rombongan dari kelompok itu pun, kata dia, ada yang membawa senjata tajam.
Di kesempatan yang, narasi ini dibantah Kabid Propam Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Aris Supriyono. Ternyata penembakan itu karena dasar arogansi aparat semata.
“Penembakan yang dilakukan terduga pelanggar tidak terkait dengan pembubaran tawuran yang sebelumnya terjadi,” kata Aris dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2024).
Aris menjelaskan peristiwa ini berawal saat Aipda Robig pulang dari kantor. Di tengah jalan, kendaraan yang ditumpanginya itu dipepet oleh tiga kendaraan lain.
“Kemudian, motif yang dilakukan oleh terduga pelanggar dikarenakan pada saat perjalanan pulang mendapat satu kendaraan yang memakan jalannya, terduga pelanggar jadi kena pepet. Akhirnya terduga pelanggar menunggu tiga orang ini putar balik, kurang lebih seperti itu dan terjadilah penembakan,” ujarnya.***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.