Bekasi (Riaunews.com) – Ketua RT 08 RW 03 Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, Marzuki, mengatakan aktivitas Pondok Pesantren Ukhuwwah Islamiyah (PPUI) Khilafatul Muslimin selama ini tidak pernah meresahkan warga sekitar.
Marzuki menyebut pondok pesantren itu telah ada sejak 2010 lalu.
“Sudah lama (berdiri) tahun 2010. Kalau soal meresahkan warga tidak pernah, tidak ada, baik-baik saja mereka.
Sebagian ada yang berbaur, ada yang tidak,” kata Marzuki kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/6/2022).
Marzuki mengatakan dia dan warganya tak pernah menyangka bahwa pesantren itu menjadi ramai diperbincangkan lantaran.
“Enggak nyangka, warga itu enggak ada yang tahu permasalahan ini, baik-baik saja di lingkungan sini. Kita sebagai warga ya setuju-setuju aja untuk penutupan atau bagaimana,” kata dia.
Meski begitu, Marzuki menuturkan pihak pondok pesantren agak tertutup. ia mengatakan selama ini pengurus pondok pesantren tidak pernah mengundang warga sekitar jika menggelar kegiatan.
“Kalau kegiatan itu intern dia, rombongan dia lah. Kita juga enggak diajak,” kata dia.
Salah seorang warga RT 02 RW 03 juga mengatakan hal serupa. Selama ini, ia hanya tahu bahwa pesantren itu sama dengan pesantren pada umumnya.
“Selama ini enggak pernah meresahkan warga. Waktu ramai gini kaget. Ya tahunya pesantren biasa aja,” kata warga yang tak mau disebutkan namanya itu.
Pondok Pesantren Ukhuwwah Islamiyah (PPUI) Khilafatul Muslimin di Bekasi, Jawa Barat, sebelummya diminta untuk menghentikan aktivitas setelah perdebatan soal organisasi tersebut.
Akibat penolakan warga yang terus meluas, pihak pesantren pun akhirnya menghentikan aktivitas dan memulangkan para santrinya.
Belakangan organisasi Khilafatul Muslimin terus menjadi sorotan lantaran ideologinya dinilai bertentangan dengan Pancasila.
Namun meski sudah memiliki banyak cabang yang tersebar, diketahui juga bahwa organisasi ini ternyata tidak ada dalam daftar organisasi kemasyarakatan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham).
Pemimpinnya sendiri, Abdul Qadir Baraja, bukan baru kali ini saja ditangkap, melainkan sebelumnya sudah pernah ditangkap bahkan dihukum 2 kali atas keterlibatannya dengan jaringan terorisme di Indonesia.
Sementara itu, Polda Metro Jaya menyebut Khilafatul Muslimin memiliki setidaknya 25 pesantren yang tersebar di berbagai wilayah. Ada jenjang pendidikan sampai level universitas dengan gelar sarjana kekhalifahan.
Meski begitu, polisi mengatakan seluruh pesantren yang didirikan Khilafatul Muslimin tidak pernah mengajarkan ideologi Pancasila dan UUD 1945 kepada para siswanya.***