Jumat, 13 September 2024

Kisah Perjuangan Mahasiswi UNY dari Keluarga Miskin yang Meninggal Saat Perjuangkan Keringanan UKT

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Nur Riska Fitri Aningsih, mahasiswi UNY yang meninggal di tengah memperjuangkan penurunan UKT karena berasal dari keluarga tidak mampu.

 

Yogyakarta (Riaunews.com) – Kisah perjuangan seorang mahasiswi yang berasal dari keluarga tidak mampu untuk mendapatkan keringanan karena Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang tinggi di tuliskan dalam thread media sosial Twitter.

Namun, meski telah bersusah payah berusaha, hingga akhir hayatnya mahasiswi berinisial NRF yang berasal dari Purbalingga, Jawa Tengah ini tidak mendapatkan keringanan yang diharapkan.

NRF merupakan mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), disebutkan meninggal dunia pada 9 Maret 2022 silam.

Kisah tersebut kemudian ditulis oleh teman NRF dalam sebuah thread di akun Twitternya @rgantas dan dikutip dari Kompas.

Saat dihubungi, pemilik akun Twitter @rgantas yakni Rachmad Ganta Semendawai menceritakan RNF merupakan mahasiswi angkatan 2020.

“Dia mahasiswi angkatan 2020 yang terkendala UKT, tidak bisa bayar UKT,” ujar Rachmad Ganta Semendawai saat dihubungi, Kamis (12/01/2023).

Mahasiswi tersebut mempunyai tekad yang kuat untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Tekad itu membawa NRF yang berasal dari desa terpencil di Purbalingga menuju Yogyakarta.

Saat itu, NRF hanya berbekal uang Rp 130 ribu untuk perjalanan naik bus dan uang saku selama seminggu di Yogyakarta.

Orangtua NRF sehari-hari jualan sayur dengan menggunakan gerobak di pinggir jalan. Di saat yang sama, ibunya harus menghidupi NRF dan keempat adiknya yang belum lulus sekolah.

NRF sudah mengisi nominal pendapatan yang sesuai dengan kondisi ekonominya. Tetapi, saat diminta meng-upload beberapa berkas, NRF tidak punya laptop. Sehingga, ia meminjam hanphone tetangganya di desa.

Namun, karena handphone tetangganya tidak begitu canggih, akhirnya NRF tidak bisa mengupload berkas-berkas yang diminta. NRF mengira hal itulah yang membuatnya mendapatkan UKT yang tinggi dengan muncul angka Rp 3,14 Juta.

Saat itu NRF sempat akan mengubur keinginannya untuk berkuliah. Namun beruntung, guru-guru di sekolahnya memberikan bantuan untuk NRF. Sehingga NRF resmi menjadi mahasiswi UNY.

“Semester pertama dia dibantu dibayari oleh gurunya,” ucapnya.

Ganta melihat, selama kuliah, NRF dikenal sebagai pribadi yang ceria. Hanya saja, setiap mendekati pembayaran UKT, keceriaan itu seakan luntur.

“Di semester kedua, dia praktis hampir tidak bisa bayar lagi,” tuturnya.

NRF terus berjuang dan berusaha agar bisa melanjutkan studinya. Ia mencari beasiswa hingga mengambil kerja paruh waktu.

Sebenarnya di awal perkuliahan NRF sempat bolak balik dari rektorat untuk mengajukan keberatan terhadap nominal UKT-nya. Tetapi, dari cerita NRF, saat mengurus keberatan tersebut justru “dilempar” ke sana ke sini.

Tak mampu bayar ojek online

Ganta baru-baru ini mengetahui, jika NRF saat itu bolak-balik ke rektorat selalu jalan kaki dari tempat kosnya di Pogung. Sebab, NRF tidak memiliki cukup uang untuk memesan ojek online.

Ganta menceritakan, NRF selalu berhati-hati untuk menggunakan uang. Salah satu temannya pernah memberinya abon. Dia sangat senang. Selama di kos dia terlihat hanya makan nasi dengan abon yang diberi temannya tadi.

Bahkan pasta gigi, shampo dan mie instan didapatkan dari pemberian temannya.

Demi mimpi adik

Salah satu hal yang membuat NRF berusaha kuat ialah ambisinya untuk menjadi sarjana. Agar dirinya dapat membantu orangtua dan masa depan adik-adiknya.

RNF pernah mengungkapkan ingin bekerja jika akhirnya tidak bisa melanjutkan kuliah. Ia ingin bekerja agar dapat menguliahkan adik-adiknya dan mewujudkan mimpi adik-adiknya.

Hal itu disampaikan masa pembayaran UKT mendekati deadline.

Ganta pun berusaha menghubungkan NRF dengan salah satu petinggi kampus.

Saat itu, pihak kampus meminta beberapa dokumen penting untuk membantu penurunan UKT NRF secara langsung.

NRF juga sudah mengisi link pengajuan penurunan UKT yang disediakan kampus. Ironinya, nominal UKT hanya turun kurang lebih Rp 600 ribu.

Di detik-detik akhir, teman-teman, dosen pembimbing akademik dan kepala jurusan membantu patungan. Termasuk Ganta pun turut membantu untuk patungan. NRF menyebut itu sebagai “keajaiban”.

Meski demikian, nominal tersebut masih belum cukup dan orangtua NRF masih harus mencari tambahan kekuarangannya. Saat itu kondisi sedang pandemi sedang mengamuk.

Akhirnya NRF mencoba untuk meminjam uang. Di babak akhir NRF bisa mengisi KRS dan bisa melanjutkan perkuliahan semester itu.

Namun, pada semester 3, RNF tidak bisa melanjutkan studinya karena tidak mampu membayar UKT. Ganta mendapatkan dua informasi tentang NRF . Ada yang mengatakan NRF menyerah dan ada juga yang menyampaikan cuti.

Meninggal

Namun Ganta lebih percaya jika NRF mengambil cuti kuliah. Sebab, di mata Ganta, NRF merupakan orang yang gigih. Di mana orang gigih tidak akan menyerah.

Pada tanggal 9 Maret 2022 NRF mengembuskan nafas terakhirnya. NRF meninggal bersama mimpi-mimpinya untuk menjadi sarjana demi membantu orang tua dan adik-adiknya.

Selama ini Ganta baru mengetahui jika NRF mengidap hipertensi yang buruk. Ancamanan putus kuliah semakin memperburuk keadaannya. Setelah beberapa waktu tidak kuliah, tiba-tiba muncul kabar NRF sedang kritis di RS. Pembuluh darah di otaknya pecah.

Genta menuturkan, NRF bukanlah satu-satunya kasus soal UKT.

Ada banyak kasus di mana nominal UKT mahasiswa UNY melampaui kapasitas kemampuan ekonomi keluarga.

Terbukti, dari hasil temuan @unybergerak. Di mana dari seribuan mahasiswa yang mengisi angket, sekitar 97 persen keberatan dengan nominal UKT-nya.

“Yang terbaru di UNY, penurunan UKT yang tahun ini diberikan kepada mahasiswa yang orangtuanya meninggal. Akhirnya banyak yang bernasib seperti almarhum kemudian turunnya enggak signifikan,” tandasnya.

Poin penting yang ingin disampaikan Ganta adalah UNY mempunyai masalah dalam penetapan UKT bagi mahasiswanya.

RNF, lanjut Ganta, adalah korban dari kejamnya institusi dan sistem pendidikan di negeri ini.

Thread yang ditulis oleh Ganta di akun Twitternya ini juga ditujukan juga untuk Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim. Sebab Nadiem Makarim pemegang tongkat tertinggi pendidikan di negeri ini.

Menurut Ganta, persoalan UKT ini sudah sejak lama. Bahkan sejak sistem UKT muncul sudah ada gelombang penolakan di mana-mana.

“Hampir semua melakukan demonstrasi ke tingkat kampusnya dan akhirnya mental semua. Jadi solusi yang harus ditempuh ya pada tingkat yang lebih tinggi, bukan level rektorat. Pemegang kebijakan tertingginya di Nadiem Makarim,” tegasnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *