Jakarta (Riaunews.com) – Anggota DPR RI yang terkenal kritis, Fadli Zon, menganggap saat ini Pers tak lagi berfungsi dengan baik. Padahal Pers merupakan pilar keempat demokrasi.
“Pers hanya besifat normatif, hanya corong pemerintah. Hanya sedikit saja, satu, dua media yang jadi semacam watchdog atau anjing penjaga bagi eksekutif,” katanya saat menjadi salah satu narasumber talkshow Hersubeno Arief, dikutip Hops.id, Senin 13 Desember 2021.
Padahal, baik peran legislatif dan pers, menurutnya merupakan kunci-kunci berdemokrasi, termasuk civil society yang kini diredam sedemikian rupa. Dan dari sana, Fadli Zon berkesimpulan bahwa Indonesia semakin menuju otoritarianisme.
Termasuk pandemi covid yang kini makin memperkuat peran eksekutif untuk bersikap dengan alibi konteks kedaruratan. Mulai dari anggaran, sampai pada anggaran yang kemudian dianggap menjadi alat akumulasi kekuasaan.
“Dan ini yang kita lihat sepanjang 2021. Belum lagi utang yang makin besar, akan menimbulkan masalah di masa dekat dan masa panjang setelah ada presiden baru,” katanya.
Buzzer merajalela
Kritik-kritik yang selama ini disuarakan juga nampak dipatahkan dengan munculnya buzzer-buzzer. Menurut dia, ini kian mengganggu demokrasi. Karena dengan adanya buzzer politik, seolah tak memberi ruang pada masyarakat untuk memberi pendapat, menyatakan sikap, ekspresi, sesuai kebutuhan aslinya.
“Akhirnya ada ketakutan, survei sudah menunjukkan itu, masyarakat makin takut mengutarakan pendapat. Khawatir takut kena UU ITE, ditangkap, dan sebagainya. Ini jadi masalah menurut saya.”
“Saya menyatakan, kita harus membaca ulang, mengevaluasi ulang geopol kita, dan global untuk melihat perkembangan di dunia internasional,” katanya.***