Moskow (Riaunews.com)- Rusia bersumpah akan mencari dan menghukum orang-orang yang bertanggung jawab atas dugaan eksekusi mati para tentaranya yang menyerahkan diri kepada pasukan Ukraina. Hal ini disampaikan setelah munculnya video-video yang tampaknya menunjukkan eksekusi tersebut.
“Tidak ada keraguan bahwa Rusia sendiri akan mencari pelaku kejahatan ini. Mereka harus ditemukan dan dihukum,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan, seperti dilansir media Press TV, Selasa (22/11/2022).
Video-video yang muncul di media sosial pekan lalu, menunjukkan jasad-jasad tentara Rusia yang tewas setelah menyerah kepada pasukan Ukraina, demikian menurut klaim Moskow.
Otoritas Ukraina telah mengakui bahwa tentara tersebut ditembak setelah apa yang disebutnya sebagai penyerahan palsu, tetapi membantah bertanggung jawab atas pembunuhan mereka.
Rusia “akan melakukan segalanya dalam kerangka mekanisme internasional untuk menarik perhatian terhadap kejahatan ini,” ujar Peskov.
Kementerian Pertahanan Rusia mengecam eksekusi yang tampak sebagai “kejahatan perang” tersebut. Kementerian mengatakan minggu lalu bahwa video tersebut menunjukkan “pembunuhan yang disengaja” terhadap lebih dari 10 prajurit.
Moskow menuduh Ukraina melakukan ‘kejahatan perang’ karena ‘mengeksekusi’ para tentara Rusia tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa “pembunuhan brutal” ini bukanlah “kejahatan perang pertama dan bukan satu-satunya” yang dilakukan oleh pasukan Ukraina.
Pekan lalu, PBB mengatakan telah diberitahu tentang video tersebut dan sedang menyelidikinya. Sebuah laporan yang dirilis awal pekan lalu mengatakan ada tuduhan pelanggaran yang kredibel yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
Satu video menunjukkan para tentara tampaknya menyerahkan diri kepada beberapa personel militer. Para prajurit yang menyerahkan diri berbaring di tanah di halaman belakang rumah yang dipenuhi puing-puing. Video tiba-tiba terpotong saat tembakan terdengar.
Video lain yang difilmkan dari atas menunjukkan jasad-jasad sekitar selusin orang yang bersimbah darah.
Dewan Hak Asasi Manusia Rusia mengatakan dugaan eksekusi terjadi di Makiivka, sebuah desa di wilayah Lugansk, timur Ukraina, yang menurut tentara Ukraina telah direbut kembali minggu lalu.***