
Jakarta (Riaunews.com) – Bareskrim Polri akhirnya menggelar konferensi pers (konpers) atas penangkapan beberapa aktivis dan petinggi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Syahganda Nainggolan, di Mabes Polri, Kamis (15/10/2020).
Dalam konpers itu, turut dihadirkan beberapa tersangka, termasuk Syahganda Nainggolan. Dengan menggunakan pakai orange, kedua tangannya ikut diborgol.
Baca: Polisi Tetapkan Syahganda Nainggolan dan Jumhur Hidayat Sebagai Tersangka dan Ditahan
Sontak, kondisi tersebut lansung dikritik oleh aktivis KAMI lainnya, Gde Siriana Yusuf. Dia membandingkan jika pelaku koruptor yang dihadirkan dalam konferensi pers.
“Koruptor saja banyak gak diborgol!,” kata Gde di akun Twitternya, Kamis (15/10/2020) sambil menyertakan foto suasana saat konferensi pers yang disiarkan langsung melalui beberapa stasiun TV.
Lebih jauh, Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies (INFUS) itu menyebutkan apa yang dilakukan Polri itu merupakan bentuk penghinaan terhadap rakyat dan demokrasi.
“Ini penghinaan trhadap rakyat & demokrasi. Aktivis politik diperlakukan bak kriminal & koruptor dengan tangan diborgol. Bukan seperti ini cara menghadapi perbedaan pendapat.,” tegasnya melalui akun Twitter.
Ini penghinaan trhadap rakyat & demokrasi. Aktivis politik diperlakukan bak kriminal & koruptor dg tangan diborgol. Bukan sperti ini cara menghadapi perbedaan pendapat. pic.twitter.com/3OyM0pk3CS
— Siriana (@SirianaGde) October 15, 2020
Sementara itu, Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono dalam keterangan persnya menjelaskan kasus penangkapan aktivis KAMI yang terkait dengan demo penolakan UU Cipta Kerja.
Baca: Ini cuitan Syahganda Nainggolan sebelum ditangkap subuh tadi
“Tersangka SN berikutnya, tersangka SN juga sama dia sampaikan ke Twitter-nya, yaitu salah satunya menolak omnibus law, mendukung demonstrasi buruh, turut mendoakan belasungkawa demo buruh,” kata Irjen Argo Yuwono.
Argo lantas menjelaskan Syahganda mem-posting hal-hal terkait demonstrasi yang tidak sesuai antara gambar, narasi, dan kejadiannya. Dia memberikan contoh salah satu gambar di Karawang yang tak sesuai antara gambar dan kejadian yang sebenarnya.***