Jakarta (Riaunews.com) – Pejabat kesehatan Thailand khawatir ganja disalahgunakan untuk keperluan rekreasi terutama bagi para kaum muda, sebab dianggap bisa menghambat kinerja otak dalam belajar atau bodoh.
Direktur Jenderal Departemen Pelayanan Kesehatan Thailand, Somsak Akksilp, memperingatkan kepada kelompok usia di bawah 25 tahun bahwa ganja tak digunakan untuk keperluan rekreasi.
“Dampak ganja ke otak dan sistem saraf. Terutama terhadap siswa, bisa mempengaruhi kemampuan belajarnya,” kata Somsak pada Senin (13/6/2022) dikutip Bangkok Post.
Dia mendesak sekolah-sekolah, para orang tua dan yang lain agar betul-betul melindungi anak muda dari penggunaan ganja secara sembarangan.
Somsak menekankan penggunaan ganja hanya untuk kepentingan medis dan di bawah pengawasan dokter.
“Kami tahu argumen yang mendukung [ganja] dengan baik, tetapi yang kontra termasuk kecanduan dan kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pengemudi di bawah pengaruhnya, ini sudah terjadi di negara lain,” ucap dia.
Efek samping penggunaan ganja tanpa pengawasan dokter, lanjutnya, meliputi tenggorokan kering, jantung berdebar, insomnia dan kecemasan.
Somsak mengaku bahwa pihaknya telah menyiapkan hotline 1165 bagi orang yang memerlukan saran terkait penggunaan ganja sesuai aturan.
Ia juga berharap lebih banyak diskusi digelar untuk membahas pro dan kontra penggunaan ganja.
Sementara itu, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Kesehatan Masyarakat Thailand, Anutin Charnvirakul, berharap RUU ganja dan rami yang disahkan minggu lalu akan menjadi undang-undang secepat mungkin.
Komite DPR yang memeriksa rancangan undang-undang, lanjut dia, akan mempertimbangkan semua kekhawatiran publik soal penggunaan ganja yang tidak tepat. Terutama di kalangan remaja yang dianggap sebagai kelompok paling berisiko pengguna ganja untuk keperluan rekreasi.
Ia menegaskan, Kemenkes Thailand telah mendukung penggunaan ganja hanya untuk tujuan medis dan merangsang pertumbuhan ekonomi negara.
Bagi Anatin, penggunaan ganja yang tak tepat, tak berkaitan dengan kebijakan pemerintah soal tanaman tersebut.
Para pengamat menilai, kekhawatiran soal penggunaan ganja untuk rekreasi muncul karena kurangnya peraturan yang tepat usai pemerintah resmi mendekriminalisasi tanaman ini pada 9 Juni lalu.
Thailand melegalkan ganja untuk keperluan medis dan kosmetik. Legalisasi ganja ini dilakukan demi meringankan kondisi kesehatan dan meningkatkan kesehatan yang baik di tingkat rumah tangga.
Untuk merealisasikan rencana itu, pemerintah kemudian membagi-bagikan tanaman ganja ke setiap rumah penduduk.***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.