Jakarta (Riaunews.com) – Pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri tentang sumbangsih kaum milenial menjadi pergunjingan publik. Apalagi, Mega menekankan seolah generasi milenial hanya bisa berdemonstrasi.
Seperti pepatah ‘menepuk air di dulang terpercik muka sendiri’, kini pertanyaan justru berbalik ke arah Megawati.
Baca: Setelah Belva, Andi Taufan juga dituntut mundur dari Stafsus
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu menilai pertanyaan Megawati pada sumbangsih anak muda yang berunjuk rasa salah sasaran. Seharusnya, pertanyaan itu ditujukan pada Presiden Joko Widodo yang telah mengangkat sejumlah anak muda sebagai Staf Khusus Presiden.
“Kalau kontribusi Stafsus Milenial nihil ya bubarkan saja. Tapi peran pemuda yang lain banyak untuk mengawal perjalanan bangsa ini,” pungkasnya.
Hingga saat ini publik menilai kegunaan stafsus milenial Jokowi tidak jelas. Bahkan beberapa di antaranya malah memanfaatkan kondisi kedekatan dengan penguasa untuk memperoleh proyek-proyek pemerintah bernilai miliaran.
Di sisi lain, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin mengingatkan bahwa demonstrasi bukan untuk dipertanyakan dan dinyinyiri. Tapi untuk direspon dengan baik oleh kelompok penguasa.
“Diayomi dan aspirasinya didengarkan. Karena anak muda yang demo itu peduli akan nasib bangsanya,” ujarnya kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (29/10/2020).
Baca: KPK diminta usut Ruangguru milik stafsus Jokowi yang dapat proyek Kartu Prakerja Rp5,6 Triliun
Demonstrasi kelompok anak muda menjadi tanda pengingat bahwa kondisi bangsa dalam keadaan carut marut. Mereka turun ke jalan agar arah bangsa kembali pada jalur yang benar.
“Mahasiswa melakukan aksi itu karena resah dan gelisah,” tegas Ujang.***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.