Madrid (Riaunews.com) – Presiden LaLiga Javier Tebas bersiap melaporkan Premier League ke UEFA. Tebas menilai Premier League memicu inflasi transfer dengan belanja gila-gilaannya.
Premier League total menghabiskan sekitar 1,9 miliar paun sepanjang bursa transfer musim panas lalu. Angka ini memecahkan rekor pada 2017 silam, sekaligus memperkuat tanda bahwa klub-klub Inggris sudah pulih dari krisis pandemi.
BBC mengungkap bahwa nilai belanja itu melebihi nilai belanja LaLiga, Serie A, dan Bundesliga secara keseluruhan. Dalam daftar 20 klub dengan nilai belanja terbesar di Eropa, 13 di antaranya hadir dari Premier League.
LaLiga hanya ‘diwakili’ Barcelona dalam daftar tersebut. LaLiga melalui presidennya, Javier Tebas, menegaskan bahwa kompetisi di Spanyol menerapkan kontrol keuangan yang lebih ketat ketimbang di Premier League demi keberlanjutan.
Tebas menyoroti bagaimana klub-klub Premier League mendapatkan suntikan dana dari para pemilik, sehingga memungkinkan mereka untuk berbelanja besar. Ini disebutnya tak sehat untuk kompetisi di Eropa.
“Pemasukan Premier League 1,8 kali dibandingkan LaLiga atau Bundesliga, tapi angka negatifnya 20 kali lebih banyak dari Liga Spanyol yang punya kontrol finansial yang sangat bagus,” ungkap Tebas dilansir Standard.
“Ada sesuatu yang enggak masuk akal, jadi apa sih yang terjadi? Banyak sekali cek keluar dari klub-klub seperti Manchester City yang merekrut jumlah pemain tertentu. Bahkan Championship rugi 3 miliar paun selama lima tahun. Kontribusi modal dari para pemilik-pemilik klub Premier League lebih besar dibandingkan LaLiga.”
“Ada 277 juta Euro dalam hal kenaikan modal di LaLiga. 2.376 juta Euro di Premier League, yang mana suntikan kontribusi dan pinjaman. Di Championship angkanya 1.385 juta Euro. Angka itu normal kalau mereka merekrut jumlah pemain dua kali lipat, tapi mereka sudah belanja jauh lebih banyak. Ini cuma memungkinkan kalau para pemilik mengeluarkan cek-cek dan ini adalah model yang berbeda.”
“Saya tahu Premier League punya model untuk membatasi kerugian hingga 108 juta Paun, apakah kita menginginkan model-model yang tak berkelanjutan? Apa yang terjadi kalau para pemilik setip menyuntikkan dana? Kita bisa membiarkan para sheikh dan perusahaan-perusahaan besar untuk membeli klub-klub. PSG bisa menyuntikkan uang kapapunpun mereka mau beli pemain atau menggunakan relasi bisnis mereka,” imbuhnya.
Oleh karena itu Javier Tebas berniat melaporkan ini ke UEFA. Ia mendesak UEFA menerapkan aturan yang lebih sehat demi kebaikan sepakbola di Eropa.
“Industri sepakbola sudah berubah dan melibatkan jauh lebih banyak uang. Kalau tidak ada kontrol, maka kita bisa membahayakan industrinya sendiri. Dua kompetisi yang paling berkelanjutan adalah LaLiga dan Bundesliga dan kita harus sangat berjuang untuk kelanjutan kompetisi,” sambung Tebas.
“10 tahun lalu kami tak seperti Bundesliga tapi kami sudah seperti mereka sekarang. Kami akan menyerahkan semua ini ke UEFA dan ini penting untuk semua liga-liga Eropa karena kami ingin sepakbola Eropa yang berkelanjutan.”***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.