Istanbul (Riaunews.com) – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan sejumlah negara lainnya kecewa atas keputusan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengubah Hagia Sophia sebagai masjid.
Selain AS, sejumlah pihak seperti Badan Pendidikan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), Rusia, dan Yunani juga turut menyesalkan perubahan status Hagia Sophia menjadi masjid.
Dikutip AFP, Yunani menganggap langkah Turki mengubah fungsi Hagia Sophia merupakan bentuk provokasi bagi peradaban.
Baca: Erdogan berhasil kembalikan Hagia Sophia jadi masjid, shalat jamaah pertama digelar 24 Juli
Sementara itu, Dewan Gereja Sedunia telah meminta Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membalikkan keputusannya mengubah Hagia Sophia sebagai masjid. Dewan meminta Erdogan mengubah kembali Hagia Sophia sebagai museum.
UNESCO pun telah melayangkan protes resmi atas alih fungsi Hagia Sophia menjadi masjid, terutama karena pemerintah Turki tidak mengkomunikasikan hal itu sebelumnya.
Recep Tayyip Erdogan lantas menanggapi kecaman dari seluruh dunia atas keputusannya memfungsikan kembali situs warisan dunia Hagia Sophia menjadi masjid.
“Keputusan ini tidak dibuat dengan mendengar apa yang orang lain katakan, tapi mempertimbangkan apa yang menjadi hak kami dan apa yang diinginkan negara kami [Turki],” ujar Erdogan, Sabtu (11/7) waktu setempat, melansir AFP.
Baca: Perdana di zaman Turki modern, azan kembali berkumandang di Hagia Sophia
Erdogan menegaskan bahwa keputusan tersebut diambil mewakili keinginan Turki dalam menggunakan hak kedaulatan yang dimiliki.
“Mereka yang tidak melawan Islamofobia di negaranya menyerang keinginan Turki untuk menggunakan hak-hak kedaulatannya,” kata Erdogan melalui sebuah video.
Masjid Agung Cordoba jadi Kathedral Mezquita
Jika kini pemerintahan Turki mengalihfungsikan Hagia Sophia menjadi masjid, jauh sebelumnya Masjid Cordoba yang merupakan peninggalan kejayaan peradaban Islam di Spanyol kemudian diubah menjadi katedral.
Kini bangunan indah di kota Andalusia berubah menjadi Kathedral Mezquita. Masjid Cordoba gagah berdiri di tenggara Madrid. Berdiri di kaki bukit Siera de Montena, Masjid Cordoba menjadi saksi kemasyhuran peradaban Islam di bumi Spanyol.
Masjid Cordoba dulunya sebuah katedral bernama Visigoth St Vincent. Pertama kali diubah menjadi Masjid tahun 784 M dibawah kepemimpinan Abd ar-Rahman I. Masjid terus mengalami renovasi saat pemerintahan Abd ar-Rahman II dibangun menara.
Sementara di masa pemerintahan Al-Hakam II masjid diperbesar dan dibangun mihrab. Renovasi terakhir dilakukan pada masa al-Mansur Ibn Abi Aamir tahun 987 dengan membangun penghubung dengan istana.
Baca: Pengadilan Turki lapangkan jalan Hagia Sophia kembali menjadi Masjid
Aktivitas masjid digunakan juga untuk pengadilan syariah selain akitivitas ibadah. Masjid Agung Cordoba menjadi pusat keislaman di Andalusia selama tiga abad. Cordoba yang menjadi pusat pemerintahan Islam di Spanyol juga turut menjadikan Masjid yang pernah bernama Al Jami ini menjadi pusat kegiatan pemerintahan dan aktivitas warga.
Masjid kembali berubah menjadi katedral pada masa penaklukan tentara Kristen pada abad ke-16. Bagian tengah masjid berubah menjadi altar utama dan tempat paduan suara. Arsitekturnya sangat khas peninggalan Islam dengan pilar-pilar dan struktur marmer. Arsitektur Masjid Cordoba menyerupai struktur Masjid Agung Damaskus, Suriah.
Goresan kaligrafi ayat-ayat Alquran pada dinding mihrab masih dipertahankan. Meski berubah menjadi katedral, UNESCO pada 15 Desember 1994 menetapkan Masjid Cordoba sebagai salah satu tempat peninggalan yang sangat bersejarah dan penting di dunia.***