Washington (Riaunews.com) – Gedung Putih dilaporkan gempar gegara insiden langka yang memicu perselisihan di dalam pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Gonjang-ganjing itu terjadi setelah seorang pejabat tinggi CIA mengunggah gambar pro-Palestina di Facebook dua minggu setelah peluncuran Operasi Banjir Al-Aqsa oleh Hamas dan agresi militer Tentara Israel (IDF) di Gaza.
Menurut laporan Financial Times, wakil direktur CIA bagian analisis mengubah foto sampul Facebook-nya pada tanggal 21 Oktober menjadi gambar seorang pria yang mengibarkan bendera Palestina, yang dinilai sebagai bentuk sikap solidaritas terhadap Palestina.
Gegara itu, tulis FT, muncul kebingungan di kalangan pejabat AS karena “mengunggah gambar politik secara terang-terangan di platform publik adalah tindakan yang sangat tidak biasa bagi seorang pejabat senior intelijen”.
Kegemparan makin jadi lantaran terjadi ketika ada friksi dan perselisihan antar-pejabat di dalam pemerintahan mengenai tugas Presiden AS Joe Biden terkait sikap dan kebijakan soal Perang Gaza.
Di satu sisi, sejumlah pejabat meminta presiden untuk menekan “Israel” agar melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza, di pihak lain, meminta AS untuk terus mendukung langkah Tel Aviv sejauh yang diperlukan untuk membasmi Hamas.
Meski demikian, friksi ini coba diredam oleh para pejabat senior dengan mengadakan sesi dengar pendapat dengan staf Gedung Putih, Departemen Luar Negeri, dan lembaga-lembaga lainnya.
Hearing ini dilaporkan untuk memahami dan mencoba meredakan kekhawatiran mereka mengenai pendekatan presiden.
Unggahan Free Palestine
Terkait aksi pejabat CIA di atas, dalam postingan lainnya, pejabat intelijen senior tersebut mengunggah foto selfie di Facebook dengan stiker bertuliskan “Free Palestine” atau “Bebaskan Palestina” yang ditempelkan di foto tersebut.
Namun, seseorang yang mengetahui gambar tersebut mengatakan kalau gambar tersebut diposting ke Facebook bertahun-tahun yang lalu dan jauh sebelum perang saat ini.
“Perwira tersebut adalah seorang analis karier dengan latar belakang luas di semua aspek Timur Tengah dan postingan ini [bendera Palestina] tidak dimaksudkan untuk mengungkapkan sikapnya terhadap konflik tersebut,” kata mereka.
Kekhawatiran muncul di beberapa tingkatan oleh mantan pejabat intelijen AS karena CIA memiliki hubungan yang kuat dengan intelijen Israel.
“Mengingat hubungan CIA yang sangat dekat dengan Israel dalam jangka waktu lama sebagai penghubung, hal ini akan sangat tidak wajar bagi pejabat senior CIA,” kata mantan pejabat kedua.
Mantan pejabat keempat menganggap postingan tersebut “bias dari seseorang yang pada dasarnya tidak memihak”.
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.