Kamis, 24 Oktober 2024

Tak Ingin Diketahui Musuh, Israel Sensor Ketat Pemberitaan Kerusakan Pangkalan Militer Usai Diserang Iran

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Lubang menganga yang muncul setelah Iran serang Israel di Kota Gedera, Selasa (1/10/2024). (Foto: AFP)

Tel Aviv (Riaunews.com) – Setelah Iran meluncurkan gelombang rudal balistik ke Israel pada Selasa malam, dengan rekaman video yang menunjukkan banyak di antaranya mengenai sasaran, Israel menutup beberapa zona militer dan melarang publikasi laporan tentang di mana rudal menghantam tanah.

Sensor dari Israel mempersulit penilaian kerusakan penuh dari serangan Iran, karena baik AS maupun Israel mengirimkan pesan yang beragam mengenai ukuran dan dampak serangan Teheran.

The Wall Street Journal melaporkan pada hari Rabu bahwa penilaian awal Israel atas serangan itu menunjukkan kerusakan kecil pada pangkalan militer.

Serangan Iran menghantam pangkalan udara Nevatim di Gurun Negev, tempat Israel menempatkan beberapa jet tempur F-35.

Namun militer Israel menolak untuk memberi tahu Journal tentang tingkat kerusakan pada pangkalan udara tersebut.

Militer mengatakan “pihaknya tidak ingin memberikan informasi kepada Iran” yang dapat membantu Teheran memahami seberapa besar kerusakan yang disebabkan oleh serangannya.

Beberapa rudal juga ditemukan di dekat Laut Mati, dekat lokasi fasilitas nuklir Israel. Tidak jelas apakah rudal tersebut dicegat oleh Israel atau AS, menurut laporan tersebut.

Satu rudal menghantam daerah sekitar sekolah di kota Gedera, dengan foto dampaknya memperlihatkan kawah besar di tanah dan kerusakan struktural parah pada bangunan-bangunan di dekatnya.

Israel mengatakan bahwa militernya dan koalisi sekutu termasuk AS dan Inggris telah mencegat sebagian besar rudal tersebut.

Namun, rekaman video daring menunjukkan sejumlah rudal mendarat di dalam wilayah Israel dan meledak tanpa dicegat oleh sistem pertahanan rudal Iron Dome milik Israel.

Serangan itu menyebabkan dua orang terluka di Israel, sementara satu warga Palestina tewas akibat pecahan peluru di kota Yerikho di Tepi Barat yang diduduki.

Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan dalam sebuah sesi singkat dengan wartawan pada hari Selasa bahwa serangan Iran merupakan eskalasi signifikan oleh Teheran dan juga “tidak efektif”.

“Singkatnya, berdasarkan apa yang kita ketahui saat ini, serangan ini tampaknya telah dikalahkan dan tidak efektif. Istilah ‘kabut perang’ diciptakan untuk situasi seperti ini. Ini adalah situasi yang tidak menentu,” katanya.

Sementara itu, Korps Garda Revolusi Islam Iran mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi pemerintah bahwa 90 persen rudal yang diluncurkannya berhasil mengenai sasarannya.

Iran mengatakan pihaknya melancarkan serangan sebagai respons atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel, serta pembunuhan terbarunya terhadap pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan komandan IRGC Abbas Nilforoushan di Beirut selatan.

Sensor Israel terhadap serangan Iran bukanlah hal baru, dan pemerintah Israel telah meningkatkan sensornya selama perang yang sedang berlangsung di Gaza, yang dimulai pada Oktober 2023 setelah serangan yang dipimpin Hamas di Israel selatan.

Sebuah laporan oleh Majalah +972 menemukan bahwa pada tahun 2023, militer Israel melarang 613 artikel diterbitkan oleh media di Israel.

Angka tersebut merupakan rekor bagi majalah tersebut, yang mulai melacak penyensoran pada tahun 2011.

Majalah itu juga menemukan bahwa sebanyak 2.703 artikel tambahan telah disunting, yang merupakan jumlah penyuntingan tertinggi sejak 2014, tahun di mana Israel juga melancarkan perang ke Gaza.***

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *