Pekanbaru (Riaunews.com) – Dewan Pendidikan Provinsi Riau prihatin dan menyayangkan aksi sekelompok siswa-siswi SMAN 1 Kunto Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau, yang merayakan kelulusan dengan cara tidak senonoh. Foto dan video tak etis mereka beredar di media sosial.
“Kejadian ini tidak hanya mencoreng dunia Pendidikan Riau tetapi juga masyarakat Riau sebagai masyarakat yang berbudaya Melayu. Apatah lagi, kejadian ini dilakukan di bulan Suci Ramadan dan di tengah kita menghadapi musibah pandemi Covid-19,” kata Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Riau, H Zulkarnaen Noerdin, sebagaimana dilansir Cakaplah.
Menurutnya, apa yang dilakukan para siswa-siswi tersebut tidak menggambarkan sikap, perilaku, etika dan moral seorang siswa yang sedang menjalani pendidikan. Tindakan oknum siswa tersebut sudah melampaui batas-batas etika dan moral yang diajarkan di sekolah.
Untuk itu, peristiwa ini patutnya menjadi pembelajaran dan instrospeksi bagi semua stakeholder dan shareholder dunia pendidikan. “Hakikat pendidikan merupakan proses kehidupan berkelanjutan yang mengupayakan memanusiakan manusia agar memiliki peradaban yaitu berakhlakul karimah. Termasuk memiliki nilai dan pengetahuan religius, nilai dan pengetahuan budaya,” katanya.
Zulkarnaen meminta agar Dinas Pendidikan Provinsi Riau segera mengambil tindakan yang dipandang perlu untuk menyelesaikan permasalahan aksi yang mencoreng dunia pendidikan ini.
“Jika perlu kepala sekolah meninjau kembali surat keputusan tentang kelulusanatau tindakan lain sesuai dengan peraturan yang berlaku terhadap oknum siswa-siswi yang telah membuat ‘keonaran’ dengan perilaku tidak senonohnya itu. Pertimbangannya, nilai karakter (budi pekerti) mereka belum memenuhi standar kelulusan,” tegas Zulkarnaen.
Mantan anggota DPRD Riau menambahkan, peristiwa yang terjadi di SMA N 1 Kunto Darussalam boleh jadi lolos dari kontrol pihak sekolah. Namun seharusnya pihak sekolah sudah bisa mengantisipasinya dari awal. Pihak sekolah juga bisa minta bantuan pihak kepolisian untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dia mengatakan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama, bukan hanya digantungkan pada sekolah, dinas pendidikan ataupun guru, namun juga peran dan tanggung jawab orang tua serta lingkungan luar sekolah.
“Kami berharap agar kejadian ini tidak terulang lagi di masa mendatang,” kata Zulkarnaen.***