Jakarta (Riaunews.com) – Traveloka dikabarkan menempuh pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 100 karyawan mereka. Alasannya, bisnis perusahaan online travel agent itu tertekan karena pandemi virus corona.
Dilansir dari Nikkei Asian Review, Rabu (15/4), sumber menyebut pandemi covid-19 membuat pengguna Traveloka jauh menurun. Larangan bepergian yang terjadi hampir di seluruh dunia membuat pembelian tiket anjlok.
“PHK akan terjadi pada kisaran 10 persen dari total karyawan Traveloka atau setara dengan 100 orang,” ujar sumber kepada Nikkei Asian Review.
Selain itu, sumber mengungkap beberapa dari karyawan mendapatkan gaji setengah dari gaji reguler mereka.
Kepala Bisnis Transportasi Traveloka Caesar Indra mengaku perusahaan telah memenuhi permintaan pengembalian uang dalam jumlah yang besar kepada pelanggan karena virus corona.
“Kami mulai melihat penurunan dalam perjalanan dan volume pengembalian besar-besaran pada Februari di Thailand, ketika pemerintah mencegah orang bepergian. Situasi menjadi menurun setelah itu,” kata Indra.
CNNIndonesia.com sudah menghubungi Traveloka, namun hingga berita ini diturunkan belum ada pernyataan dari manajemen.
Traveloka merupakan salah satu unicorn asal Indonesia yang bernilai lebih dari US$1 juta yang bergerak di bidang pariwisata.
Selain Traveloka, Tiket.com juga turut merasakan dampak besar dari penyebaran virus corona. Chief Marketing Officer dan Co-founder Tiket.com Gaery Undarsa mengatakan virus corona yang menghantam industri wisata membuat omzet perusahaan turun hingga 75 persen.
“Omzet per hari belum sampai nol saja sudah bersyukur sih,” ujar Gaery dikutip dari Antara, Selasa (15/4/2020).
Menurut dia, penjualan tiket pesawat paling terdampak. Padahal, penjualan tiket pesawat menjadi sumber terbesar pendapatan perusahaan. Diikuti oleh pemesanan hotel.
Mengatasi ‘pukulan’ tersebut, Gaery mengungkapkan manajemen akan menerapkan survival mode agar bisa tetap bertahan di tengah pandemi corona.
Salah satunya, tetap mempertahankan semua karyawan. Gaery mengklaim hingga saat ini perlakuan kepada sumber daya manusia masih normal, termasuk soal gaji. “Tidak ada PHK, tidak ada pemotongan gaji. Kami tahu, aset kami adalah people. Tim kami,” ungkapnya.
Sebagai gantinya, perusahaan memilih alternatif untuk memotong pengeluaran dari sisi marketing hingga 90 persen.
Dengan begitu, fokus bisnis pun berubah dari mendorong orang berwisata menjadi menangani segala permintaan konsumen yang akan membatalkan perjalanan. Gaery mengatakan kenaikan permintaan pembatalan perjalanan naik antara 7-10 kali lipat.
Bahkan, manajemen mengerahkan personel tambahan untuk melayani permintaan ini. “Kami sudah ada prepare plan multiple scenario, baik satu bulan, tiga bulan hingga 1 tahun,” pungkasnya.***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.