Berlin (Riaunews.com) – Negara-negara Uni Eropa (UE) tengah menghadapi krisis gas imbas sanksi larangan impor energi dari Rusia.
Dilansir dari Reuters pada Kamis (23/6/2022), UE memang mengandalkan 40 persen dari kebutuhan gasnya dari Rusia sebelum negeri itu menginvasi Ukraina.
Untuk mengatasi krisis gas itu pun, negara di benua biru mulai memutar otak. Beberapa negara seperti Jerman dan Austria bahkan, membatalkan sementara rencana penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara demi mengatasi krisis itu.
Langkah itu mereka lakukan setelah krisis memicu lonjakan harga gas patokan untuk Eropa. Data terakhir, harga patokan gas diperdagangkan sekitar 126 euro per megawatt hour (MWh). Angka tersebut naik lebih dari 300 persen dari tahun lalu.
Harga gas itu telah mencapai level rekor, mendorong lonjakan inflasi dan menambah tantangan bagi pembuat kebijakan yang mencoba menarik Eropa kembali dari jurang ekonomi.
Sementara itu, ssosiasi industri BDI Jerman memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi 2022 dari 3,5 persen menjadi 1,5 persen. Lembaga tersebut juga mengatakan penghentian pengiriman gas Rusia akan membuat resesi di ekonomi terbesar Eropa tak terelakkan.
Gas Rusia masih dipompa melalui Ukraina tetapi dengan kecepatan yang dikurangi. Pipa Nord Stream 1 di bawah Baltik yang menjadi rute pasokan vital ke Jerman, bekerja hanya dengan kapasitas 40 persen.
Rusia mengatakan sanksi Barat menghambat perbaikan. Sementara, Eropa mengatakan ini adalah dalih untuk mengurangi arus.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan pengurangan pasokan merupakan serangan ekonomi dan bagian dari rencana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menimbulkan ketakutan.
“Ini adalah dimensi baru. Strategi ini tidak bisa dibiarkan berhasil,” kata Habeck.
Perlambatan pompa gas itu telah menghambat upaya Eropa untuk mengisi ulang fasilitas penyimpanan gas.
Sementara itu, Pemerintah Italia mengumumkan langkah-langkah awal untuk meningkatkan penyimpanan gas setelah perusahaan energi Eni (ENI.MI). Langkah itu mereka lapor setelah kekurangan aliran dari Rusia selama lebih dari seminggu.
Menteri Transisi Ekologi Roberto Cingolani mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pemerintah berencana untuk membeli batu bara. Negara itu berencana menggunakan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara untuk menghemat gas.
Cingolani juga meminta operator jaringan gas Snam (SRG.MI) untuk mengambil langkah-langkah untuk membantu membawa stok gas ke sekitar tingkat yang ditargetkan untuk Juni.***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.