Kamis, 28 November 2024

Sanksi Barat Malah Membuat Hubungan Dagang Rusia-China Makin Mesra

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Presiden Rusia Vladimir Putin berjabat tangan dengan Presiden china Xi Jinping.

Beijing (Riaunews.com) – China dan Rusia makin ‘mesra’ di tengah sanksi yang dijatuhkan negara Barat kepada Negeri Beruang Merah. Pasalnya, kedua negara kian meningkatkan perdagangan batu bara dan minyak.

Dilansir dari CNN Business pada Jumat (20/5), pada April lalu China membeli lebih banyak batu bara murah Rusia dibandingkan sebelumnya. Negeri Tirai Bambu juga menghilangkan tarif impor untuk semua jenis emas hitam sehingga menguntungkan Rusia.

Data perdagangan dari Refinitiv, impor batu bara China dari Rusia meningkat hampir dua kali lipat jadi 4,42 juta ton antara Maret dan April. Dengan peningkatan itu, Rusia telah mengambil alih posisi Australia sebagai pemasok terbesar kedua China sejak tahun lalu.

Saat ini Rusia mengekspor 19 persen batu baranya untuk China.

Sementara, Analis Utama Data Kpler Matthew Boyle menyatakan China mengimpor 1,09 juta metrik ton batu bara kokas yang digunakan untuk membuat baja melalui laut dari Rusia. Angka itu naik 10 persen dibanding April tahun lalu.

Perdagangan batu bara ini sebenarnya menguntungkan kedua belah pihak. Rusia sangat membutuhkan pelanggan baru untuk bahan bakar fosilnya karena mereka dijauhi oleh Barat.

Di sisi lain, China sedang fokus untuk memulihkan ekonominya dari keterpurukan, sehingga membutuhkan batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik dan membuat baja untuk proyek infrastruktur.

Impor batu bara China melonjak 64 persen pada 2021 dan produksi domestik mereka mencapai rekor 4,13 miliar metrik ton.

Tahun ini, angka tersebut diperkirakan akan lebih tinggi lagi karena Presiden Xi Jinping memprioritaskan investasi infrastruktur untuk menghidupkan kembali perekonomian.

Selain batu bara, China juga diam-diam meningkatkan pembelian minyak dari Rusia dengan harga murah. China mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh pembeli Barat yang mundur dari bisnis dengan Rusia setelah invasi ke Ukraina pada Februari.

Dilansir dari Reuters, China awalnya memang mengurangi pasokan minyak dari Rusia. Hal itu dilakukan karena negara tersebut takut terlihat mendukung Rusia secara terbuka dan ikut terkena sanksi Barat. Namun, sebulan setelah invasi Rusia ke Ukraina, China meningkatkan pembelian minyak dari Rusia.

Menurut perkiraan Vortexa Analytics, impor minyak Rusia lintas laut China akan melonjak mendekati rekor 1,1 juta barel per hari pada Mei ini. Angka tersebut naik 800 ribu barel per hari dibandingkan tahun sebelumnya.

Unipec, cabang perdagangan dari penyulingan terkemuka Asia Sinopec Corp menjadi perusahaan paling unggul dalam membeli minyak dari Rusia. Disusul oleh Zhenhua Oil, unit konglomerat pertahanan China Norinco.

Selain itu, Livna Shipping Ltd, sebuah perusahaan yang terdaftar di Hong Kong, juga baru-baru ini muncul sebagai importir minyak Rusia ke China. Perusahaan-perusahaan tersebut mengisi lubang yang ditinggalkan oleh pembeli Barat setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu.

Untuk diingat, Amerika Serikat, Inggris dan beberapa pembeli minyak utama lainnya melarang impor minyak Rusia tak lama setelah invasi.

Sementara, Uni Eropa sedang menyelesaikan diskusi mengenai sanksi lebih lanjut, termasuk larangan pembelian minyak Rusia secara total di tahun ini.***


Eksplorasi konten lain dari Riaunews

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

 

Tinggalkan Balasan