Moskow (Riaunews.com) – Sejumlah pelanggan gas Rusia mengalah, menerima syarat Presiden Vladimir Putin untuk bertransaksi menggunakan mata uang rubel.
Dilansir CNN Business, Jumat (29/4/2022), pelanggan atau importir gas Rusia yang bersedia membayar dalam rubel menghindari risiko seperti yang dialami Polandia dan Bulgaria.
Diketahui, Gazprom, BUMN migas Rusia, menyetop penjualan gas kepada Polandia dan Bulgaria karena kedua negara tersebut menolak bertransaksi dengan rubel.
Distributor gas di Jerman dan Austria mengaku tengah mencari cara menerima ultimatum Rusia untuk membeli dalam rubel, tanpa melanggar sanksi yang diputuskan Uni Eropa.
Uniper, perusahaan minyak dan gas Jerman yang berbasis di Dusseldorf, salah satu importir gas Rusia setuju untuk mengkonversi pembayaran dari euro ke rubel.
“Uniper sedang dalam pembicaraan dengan mitra kontraknya tentang pembayaran konkret dan berkoordinasi erat dengan Pemerintah Jerman,” tulis perusahaan dalam pernyataan resmi.
Namun, juru bicara Uniper mengatakan bahwa pembayaran akan tetap dilakukan dalam mata uang Uni Eropa, yaitu euro, melalui bank Rusia. Bukan bank berbasis Uni Eropa. Pembayaran tersebut akan dikonversi ke dalam rubel oleh bank Rusia.
Sebelumnya, Jerman sepakat memangkas konsumsi gas Rusia menjadi 35 persen dari 55 persen karena invasi militer Rusia terhadap Ukraina. Namun, Jerman masih perlu membeli gas dari Rusia setidaknya sampai tahun depan untuk menghindari risiko resesi dari krisis energi.
Sayangnya, hal itu tidak berlaku bagi Uniper. Perusahaan mengaku mereka tak bisa ‘hidup’ tanpa gas Rusia dalam jangka pendek.
“Konsekuensinya akan dramatis bagi perekonomian kita,” terang juru bicara tersebut.
OMV, perusahaan energi Austria, juga telah mempertimbangkan pembayaran gas Rusia dalam rubel, usai Putin mengancam memangkas aliran gas bagi mereka yang menolak pembayaran dalam rubel, seperti halnya Polandia dan Bulgaria.
Komisi Eropa sendiri telah mengeluarkan panduan kepada negara-negara anggota terkait celah mematuhi aturan Rusia tanpa melanggar sanksi yang diberikan Uni Eropa. Salah satunya terkait mekanisme pembayaran.
Meski, sejumlah analis mengaku tak yakin karena prosesnya tidak akan sederhana. Pelanggan gas Rusia bisa secara tidak sengaja melanggar sanksi jika mereka menerapkan mekanisme pembayaran seperti yang diinginkan Gazprom.
“Proses konversi ke rubel berpotensi melibatkan entitas yang terkena sanksi dan itu mungkin tidak jelas bagi pembeli,” Analis Senior Rystad Energy Kaushal Ramesh.***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.