Jakarta (Riaunews.com) – Awal Maret 2020, rakyat Indonesia dikejutkan pengumuman dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bahwa ada warga Depok yang positif corona (covid-19).
Ia mengumumkan hal tersebut didampingi Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Jokowi mengatakan dua WNI –yang merupakan ibu dan anak– diduga terinfeksi dari WN Jepang yang berkunjung ke Jakarta.
Namun, itu disampaikan sehari setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkap ada 115 pasien di DKI Jakarta dan 32 yang dalam pengawasan terkait corona. Pada hari yang sama, Anies pun menyatakan telah menerbitkan instruksi gubernur terkait penanganan virus corona, juga membentuk tim tanggap.
Walaupun sulit dibuktikan, pengamat menilai pola komunikasi ke publik terkait virus corona yang dilakukan Jokowi dan Anies itu secara tersirat menunjukkan cita rasa persaingan politik.
Dilansir CNN Indonesia, pengamat komunikasi politik Kunto Adi Wibowo pun mengakui hal tersebut. Ia menilai Jokowi selaku presiden seperti mendapat tekanan politik saat Anies yang merupakan seorang gubernur ikut bicara soal penanganan corona.
Apalagi, sebelum pernyataan Anies pada Ahad (1/3) itu, pemerintah Indonesia di segala lini menegaskan belum ada pasien positif corona di negeri ini, kecuali suspect.
“Itu sebenarnya kompetisi antara Istana dengan Balai Kota. Ketika Anies mau mengumumkan, ternyata diduluin,” kata Kunto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (3/2).
Langkah Anies tanggapi virus corona setidaknya dimulai pada Selasa (25/2). Saat itu, ia menerbitkan Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 16 Tahun 2020 terkait peningkatan kewaspadaan. Anies juga membentuk tim khusus untuk penanganan virus corona. Dia juga buka-bukaan bahwa ada mengatakan saat ini ada 115 pasien dalam pemantauan dan 32 orang pasien dalam pengawasan terkait corona.
Sementara, menurut Kunto, pemerintah pusat tidak terbuka dalam penanganan krisis corona sejak awal. Sehingga kepercayaan publik juga menurun terkait penanganan corona.
Bahkan, di ruang lingkup dunia pun skeptis bahwa Indonesia nihil virus corona yang mewabah global dimulai dari China pada Desember lalu.
“Saya lihat justru tekanan-tekanan politik dalam negeri yang membuat pengakuan itu kemudian muncul kemarin. Pak Anies tampil sebagai kapten kapal, ketika kapalnya oleng. Istilahnya bisa jadi orang yang bisa diandalkan ketika krisis,” ujar Kunto yang juga pengajar di Universitas Padjadjaran itu.***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.