Kamis, 28 November 2024

Kekeringan Parah Landa Brasil, Permukaan Air Sungai Amazon Capai Titik Terendah dalam 100 tahun

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Kekeringan yang melanda kawasan hutan Amazon membuat banyak kapal yang terdampar. (Foto: phys.org)

Manaus (Riaunews.com) – Kekeringan yang cukup parah melanda Brasil saat ini. Akibatnya tinggi permukaan air sungai di Hutan Amazon yang melintasi Kota Manaus mencapai titik terendahnya sejak tahun 1902.

Kekeringan di Amazon membuat jalur transportasi dan pengiriman gandum untuk ekspor dan kebutuhan dasar lainnya tidak bisa digunakan.

Sejak tahun lalu curah hujan Amazon dan sebagian besar negara-negara Amerika Latin di bawah rata-rata bahkan sepanjang musim penghujan. Kekeringan juga memicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terburuk dalam satu dekade di Brasil dan Bolivia. Peneliti mengatakan kekeringan ini disebabkan perubahan iklim.

Ilmuwan memprediksi kelembapan di wilayah Amazon mungkin tidak dapat pulih ke tingkat semula hingga 2026. Kekeringan tahun lalu menciptakan krisis kemanusian, banyak masyarakat yang mengandalkan sungai sebagai jalur transportasi kehilangan akses dan terjebak tanpa makanan, air bersih dan obat-obatan.

Pihak berwenang sudah mengeluarkan peringatan tahun ini. Korps pertahanan sipil mengatakan 62 kota madya di negara bagian Amazonas yang paling terdampak kekeringan sudah berada di masa darurat. Lebih dari setengah juta orang terdampak kekeringan.

“Saat ini kekeringan terburuk selama lebih dari 120 tahun yang diukur di Pelabuhan Manaus,” kata kepala operasional pelabuhan, Valmir Mendonca, Sabtu (5/10/2024).

Ia mengatakan tinggi permukaan air kemungkinan masih tetap rendah untuk satu atau dua pekan lagi. Wilayah itu belum pulih sepenuhnya dari kekeringan tahun lalu karena rendahnya curah hujan di musim penghujan tahun ini. Dampak kekeringan kembali terjadi atau mencapai ekstrem baru.

Di situs resminya Pelabuhan Manaus mengukur tinggi permukaan air Sungai Rio Negro 12,66 meter. Lebih rendah dari rekor sebelumnya tahun lalu dan terus turun. Sungai Rio Negro merupakan utama Sungai Amazon, sungai dengan volume terbesar di dunia.

Pelabuhan Manaus terletak “di pertemuan air sungai” di mana air hitam Rio Negro bertemu dengan air Sungai Solimoes yang berwarna tanah, yang tinggi permukaan airnya juga mencapai titik terendah pekan lalu.

Bulan ini Asosiasi Pelabuhan Brasil melaporkan pengiriman gandum di Sungai Madeira tertahan karena rendahnya permukaan air. Peneliti kembali menemukan bangkai lumba-lumba air tawar di pinggir sungai. Para peneliti mengatakan rendahnya tinggi air mendorong satwa itu semakin dekat dengan manusia.

Badan pemantau bencana nasional Brasil, Cemanden sudah mengatakan kekeringan tahun ini merupakan yang terburuk sejak 1950-an. Kekeringan juga menguras air pembangkit listrik tenaga hidro, sumber listrik utama Brasil.

Otoritas energi sudah menyetujui untuk menerapkan Daylight Saving Time (DST) untuk menghemat energi meski langkah ini membutuhkan persetujuan presiden. DST merupakan suatu praktik memundurkan atau memajukan waktu dalam satu tahun untuk menyesuaikan dengan perubahan panjang siang hari.

Cuaca ekstrem dan kekeringan melanda sebagian besar wilayah Amerika Selatan. Sungai Paraguay juga berada pada titik terendah sepanjang masa. Sungai tersebut bermuara di Brasil dan mengalir melalui Paraguay dan Argentina ke Atlantik.

Panas dan kekeringan ekstrem yang sama juga meningkatkan lonjakan kebakaran di Amazon dan lahan basah terbesar di dunia, Pantanal. Menurut data dari badan penelitian ruang angkasa Brasil, Bolivia juga berada di jalur memecahkan rekor kebakaran terbanyak yang pernah tercatat. ***


Eksplorasi konten lain dari Riaunews

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

 

Tinggalkan Balasan