Jakarta (Riaunews.com) – Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu menyinggung pernyataan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj soal bahaya laten PKI dan radikalisme.
Seperti diketahui, Said Aqil sebelumnya menyebut bahwa bahaya laten yang kini mengintai Indonesia bukan komunisme, melainkan radikalisme dan terorisme.
Melalui akun Twitter @msaid_didu, Selasa (30/3/2021), Said Didu pun mengingatkan tentang aksi PKI yang disebut-sebut pernah membantai para kiai dan jenderal tentara.
“Ada yg katakan bahaya laten bukan PKI tapi radikalisme. Kurang radikal apa PKI saat membantai Kiai dan Jenderal? Artinya PKI sangat radikal,” tulisnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menyebut bahwa bahaya laten yang kini mengancam Indonesia bukan lagi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Hal ini diungkap Said Aqil saat mengisi webinar bertajuk ‘Mencegah Radikalisme dan Terorisme Untuk Melahirkan Keharmonisan Sosial’ yang ditayangkan kanal YouTube TVNU, Selasa (30/3/2021).
Said Aqil mengatakan, aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, pada Ahad (28/3/2021), menunjukkan bahwa bahaya laten terorisme masih mengancam Indonesia.
“Mohon maaf, saya berani mengatakan bukan PKI bahaya laten kita, tapi radikalisme dan terorisme yang selalu mengancam kita ini,” kata Said Aqil dilansir ANTARA.
Pada kesempatan ini, Said Aqil juga menuding aliran Wahabi dan Salafi sebagai satu di antara pintu masuk terorisme di Indonesia.
“Kalau kita benar-benar sepakat, satu barisan ingin menghadapi, menghabiskan atau menghabisi jaringan terorisme dan radikalisme, benihnya dong yang harus dihadapi. Benihnya, pintu masuk yang harus kita habisin. Apa? Wahabi. Ajaran Wahabi itu pintu masuk terorisme,” kata Said Aqil.
Said Aqil menegaskan, aliran Wahabi memang bukan terorisme. Namun, menurut dia, menjadi pintu masuk terorisme karena dianggap ajaran ekstrim.
“Wahabi bukan terorisme tapi pintu masuk. Kalau sudah Wahabi ini musyrik, ini musyrik, ini bid’ah, ini gak boleh, ini sesat, ini dholal, ini kafir, itu langsung satu langkah lagi, satu step lagi, sudah halal darahnya boleh dibunuh. Jadi benih pintu masuk terorisme adalah Wahabi dan Salafi. Wahabi dan Salafi adalah ajaran ekstrim,” tutur Said Aqil.
Menurut Said Aqil, masih ada enam ribu terduga teroris yang belum tertangkap Kepolisian. Said Aqil pun menduga kelompok teroris ini merupakan bagian dari jaringan Jamaah Asharut Daulah (JAD).
Kelompok itu, kata dia, bisa lebih ekstrim dibanding Jamaah Ansharut Tauhid pimpinan Abu Bakar Baasyir. Sebab, lanjutnya, JAD beranggapan bahwa seluruh pihak yang berseberangan dengan mereka adalah kafir.
“Beda dengan Ansharut Tauhid, JAT Abu Bakar Baasyir itu yang disasar non-Muslim, gereja, non-Muslim yang harus dihabisi. Kalau JAD, kita semua halal darahnya,” ujar Komisaris Utama BUMN PT KAI itu.***