Oleh Helfizon Assyafei
BENAR juga. Sponge Bob itu kartun anak-anak tapi disukai juga oleh bapak-bapak. Si kotak kuning yang berjiwa positif, gembira dan kadang melebay. Kelucuan dan kekonyolannya enak dilihat.
Beda dengan aneka kekonyolan pekan ini banyak terjadi. Misalnya apa perlunya kita tahu penghasilan anggota DPR bisa ratusan juta sebulan itu.
Yang menanya (presenter) dan yang ditanya (KD) penuh tawa dalam wawancara itu. Belakangan buru-buru KD klarfikasi. Kekonyolan yang tidak menarik.
Atau apa perlunya Pak Dudung yang terhormat bicara soal semua agama sama di mata Tuhan. Yang belakangan beliau klarifikasi sendiri; Saya tentara bukan ulama.
Atau mengapa pak Presiden misalnya diam saja ketika 56 anggota KPK yang konon tak lulus TWK diberhentikan dari tempatnya bekerja. Padahal mereka pribadi-pribadi yang pernah menyelamatkan miliaran uang negara? Padahal pak Presiden pernah berjanji memperkuat komitmen pemberantasan korupsi.
Atau mengapa Saipul Jamil disambut bak pahlawan ketika keluar dari penjara? Diprotes banyak orang agar tak lagi masuk televisi karena itu frekurensi publik, belakangan malah ditawari jabatan di instansi tertentu.
Ah, sudahlah. Mungkin saya terlalu serius juga. Sementara kekonyolan-kekonyolan tak memerlukan keseriusan semacam itu. Saya mungkin terlalu berharap kehidupan berjalan sesuai dengan standar keadilan dan kepatutan.
Mungkin saya bisa tak memperdulikan semua ini. Atau membiarkan kekonyolan ini ganti-berganti memasuki ruang publik. Dan saya pura-pura tak tahu. Tapi sebagai penggemar Sponge Bob saya berpikir positif saja. Masa kan berganti takkan ada yang abadi. Bersabarlah dik. Walau entah sampai kapan.
Seperti jawaban seorang netizen ketika membaca curhatan Tata Khoiriyah (seorang di antara pegawai KPK yang dipecat) yang merasa dizalimi.
“Ya Allah..maafkan saya mba Tata. Saya hanya punya dua tangan yang terus meminta pada Rabb semesta alam agar dibukakan pintu keadilan..Maaf hanya itu yang saya bisa. Terus berjuang mba dan teman-teman korban kezaliman,” ujar netizen itu. Saya terkesan. Apapun yang anda punya jadikanlah itu untuk mengetuk pintu langit tanpa pernah lelah. Ia akan jadi catatan amal mu kelak.
Jadi teringat lagu Fance Pondaag berikut ini; “Ku coooobaa bertahan, mendampingi diri mu…Walau sering tak seiring jalan.”***
Pekanbaru, 18 September 2021
Penulis merupakan wartawan senior Riau. Artikel ini dipublikasikan pertama kali di laman facebook Helfizon Assyafei