Oleh: Yenni Sarinah, S.Pd
BENAR kiranya, ketika manusia telah jauh dan dijauhkan dari syiar-syiar Islam, maka kerusakan di atas bumi pasti terjadi. Begitupun ketika budaya rusak dilabeli dengan aromatisasi Islam yang begitu dipaksakan. Dimanakah letaknya kemuliaan syiar Islam?
Baru-baru ini viral di media sosial seorang Qori’ah yang disawer oleh beberapa orang laki-laki. Qoriah Nadia Hawasy angkat bicara usai videonya disawer saat mengaji Al Quran viral di media sosial. Nadia mengaku merasa tidak dihargai dengan aksi sawer tersebut. “Saya merasa tidak dihargai,” ujar Nadia dalam pesan singkatnya kepada Kompas.com, (06/01/2023).
Tengah viral di media sosial wanita bernyanyi dangdut koplo di dalam Masjid. Seorang wanita itu bernyanyi di depan para jamaah pria. Video itu pun menuai protes dari publik. (jatim.tribunnews.com, 11/01/2023)
Kasus disawernya seorang qariah yang sedang membaca Al Qur’an adalah bentuk pelecehan terhadap syiar agama Islam dan bentuk desakralisasi terhadap Al Qur’an. Begitupun dengan menyanyikan dangdut koplo di dalam Masjid, juga merupakan bentuk desakralisasi Masjid sebagai tempat ibadah umat Islam.
Kedua hal ini menunjukkan sudah hilangnya adab terhadap kitab suci yang seharusnya dijunjung tinggi dan adab terhadap tempat ibadah yang seharusnya dijadikan tempat untuk bertaqarrub mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sekularisme ‘Menelanjangi’ Umat Islam Dari Syiar Agamanya
Sekularisme adalah turunan dari sistem kapitalisme yang disebarkan barat ke seluruh dunia. Sekularisme menjadikan agama terlarang untuk mengatur sebuah sistem negara. Siapa yang ingin menjalankan agama, boleh. Tapi tidak untuk diadopsi ke dalam sistem pemerintahan.
Padahal sejatinya agama hadir untuk menjadikan yang tidak teratur menjadi teratur. Jika agama dilarang mengatur urusan negara, maka akan terlihat jelas kerusakan terjadi dimana-mana. Dari sawer menyawer pembaca Al Qur’an hingga berdendang merdunya seorang perempuan di hadapan sekelompok lelaki yang jelas Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarangnya.
Inilah salah satu keniscayaan dalam sistem sekuler yang menjauhkan agama dari kehidupan dan justru kehidupan mulai berlandaskan hak asasi manusia (HAM) dan menjunjung tinggi kebebasan perilaku selayaknya bebasnya sekelompok binatang yang mengesampingkan bahkan meniadakan keberadaan akal sehatnya. Yang penting beda, yang penting viral, tidak berpikir apakah Allah Subhanahu Wa Ta’ala ridlo atau tidak.
Sehingga perilaku tidak beradab malah dianggap bagus dan diviralkan ke khalayak publik seakan-akan memiliki visi dan misi mencabut peran akal yang menjadi kunci kemuliaan manusia agar serupa dengan binatang. Dan menjadikan tatanan sosial serupa tatanan rimba. Aturan dibuat untuk dilanggar. Miris memang.
Syiar Islam Mulia Bersama Penerapan Sistem Islam Kaffah
Umat membutuhkan adanya institusi pelindung yang akan menjaga kemuliaan Al-Qur’an dan pembacanya. Dan institusi inilah yang juga akan menerapkan sistem Islam secara kaffah dalam kehidupan.
Dengan adanya institusi ini diharapkan Masjid menjadi tempat yang selayaknya, bukan tempat ajang maksiat yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala sendiri amat benci dengan tindakan tidak memuliakan kawasan Masjid. Dan ini hanya akan terwujud ketika umat memiliki negara yang memuliakan Al Qur’an dan Masjid yaitu Khilafah Islamiyyah.
Institusi ini telah Allah Subhanahu Wa Ta’ala janjikan akan kembali memimpin peradaban manusia untuk kedua kalinya dan terakhir kalinya, dan seharusnya umat Islam yakin bahwa janji itu pasti terjadi.
Inilah yang menjadi ikon pergerakan umat untuk mengembalikan institusi ini agar segera hadir ditengah-tengah umat yang mulai kacau kehidupannya agar kembali menjadi umat terbaik. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al Qur’an :
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (selama) kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…” (QS Ali Imran: 110).
Disinilah pentingnya peran dakwah kembali Islam kaffah. Tidak saja dengan mengajak individu melalui kontak langsung, juga mengaktifkan peran media online dan media cetak untuk ikut menyadarkan umat bahwa kehidupan sekuler ini adalah penjajahan gaya baru yang merusak peradaban manusia.
Sehingga kemuliaan syiar Islam begitupun seperangkat aturan Islam akan terlaksana dengan baik jika kita bersama-sama menginginkan keterikatan terhadap hukum Syara’ (hukum buatan Allah) lebih dari hukum buatan manusia. Karena janji itu dijemput, diusahakan, tak sekedar ditunggu hingga usia menepi di pemakaman. Wallahu a’lam bish-shawab.***
Penulis, Pegiat Literasi Islam Selatpanjang, Tim Media Komunitas Remaja Muslimah Meranti, Riau