Oleh : Alfiah, S.Si
Tidak terasa kita kini sudah akan memasuki sepertiga terakhir bulan Ramadhan. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa kita dan kita keluar dari bulan Ramadhan menjadi seperti bayi yang baru lahir, bersih tanpa dosa. Aamiin.
Namun kita tetap tidak boleh abai terhadap kondisi negeri ini yang makin hari makin ruwet dan rumit. Kebobrokan hukum, pejabat korup, aparat yang durjana dan musibah demi musibah seakan terus disuguhkan kepada rakyat.
Tatkala masih ada rakyat yang sulit mendapatkan sesuap nasi, justru keluarga pejabat berpamer ria dengan barang branded keliling dunia. Tatkala rakyat menyambut Ramadhan dengan segala harapan, justru rakyat dihadapkan dengam tetap tingginya harga pangan. Tatkala ada rakyat yang mencari nafkah dengan berjualan pakaian ‘monza’, pemerintah justru melarang proses impornya.
Berharap THR dari negara untuk melengkapi lebaran bersama tetangga dan sanak saudara? Jangan berharap banyak. Karena kabarnya THR ASN hanya cair 50%. Sementara THR honorer ditiadakan.Sudah sedemikian bangkrutkah negara kita?
Tunggu dulu, karena pemerintah sedang getol-getolnya mewujudkan proyek mercusuar. Proyek IKN, pembangunan tol, bandara, stadion yang sudah mengahabiskan anggaran 500 milyar dan proyek mercusuar lainnya. Ini adalah bukti uang negara masih banyak meski didapatkan dengan jalan utang.
Sementara para elit politik hanya sibuk pencitraan dan tarik menarik kepentingan- yang sebenarnya tak ada pengaruhnya untuk rakyat Sosok jagoan diagung-agungkan bak pahlawan, sedang pihak lawan terus dicaci maki dan dibully bak pecundang murahan Rakyat hanya diminta suara saat Pemilu, sesudahnya tinggal meratapi nasib dengan pilu.
Momen Ramadhan seharusnya membuat kita bertakwa dan semakin takut kepada Pencipta. Namun nyatanya para pejabat dan pemangku kebijakan kerap berlaku zhalim dan berbagai kemaksiatan kerap tampak di tengah masyarakat. Para pemilik modal dan orang-orang yang dekat dengan kekuasaanlah yang menikmati renyahnya kekayaan alam. Pemerintahan yang korporatokrasi menjadikan kelompok kecil dari masyarakat yang bisa menikmati kue pembangunan. Mayoritas hanya menjadi objek penderita.
Sistem ekonomi liberal yang diterapkan di negeri ini menjadikan kekayaan alam mengalir ke luar negeri. Ini tidak lain karena sumber kekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang bamyak dikuasai oleh asing melalui perusahaan multinasionalnya. Sementara rakyat justru diperas dengan pajak yang justru hanya memperkaya para pegawai pajak.
Rakyat diminta mencintai produk dalam negeri, namun faktanya negara justru lebih suka impor beras, gula, garam dan produk- produk lain daripada bersusah-susah memproduksi sendiri. Padahal Indonesia katanya negara agraris.Di sisi lain dukungan negara terhadap sektor pendidikan dan riset rendah. Ini gegara negara menerapkan liberalisasi pendidikan.
Politik luar negeri Indonesia juga tidak jeas. Terkait persoalan Palestina dan Israel, Indonesia memang mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka, namun tidak tegas dalam menghadapi Israel. Meski Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, nyatanya banyak para pesohor, pejabat bahkan pengurus organisasi Islam yang memiliki hubungan mesra dengan Israel.
Fakta-fakta di atas membuktikan Indonesia menganut ideologi kapitalisme dengan sekulerisme sebagai asasnya. Ini menandakan bahwa Indonesia masih dalam pengaruh penjajah asing. Sudah saatnya di Ramadhan ini kita semua menginsafi diri untuk kembali kepada aturan Ilahi secara total karna itulah bukti ketakwaan hakiki. Sehingga negeri ini menjadi negeri yang baldatun toyyibatun warabbun ghafur. Sebagaimana dalan firman Allah SWT :
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa telah mereka kerjakan” (TQS. Al A’raf: 96)
Penulis pegiat literasi Islam