Gaza (Riaunews.com) – Surat kabar Israel berbahasa Ibrani, Yedioth Ahronoth, menyoroti efektivitas operasi militer pasukan Israel (IDF) dalam agresi yang sudah berlangsung lebih dari 14 bulan sejak 7 Oktober 2023 ke Jalur Gaza.
Saat IDF tengah sibuk dan memfokuskan serangan pada Gaza Utara, gerakan pembebasan Palestina, Hamas dilaporkan justru bisa kembali merebut kendali wilayah Gaza Tengah.
“Mengutip pernyataan para pejabat Barat, “Hamas akhirnya berhasil memulihkan sebagian besar kemampuannya untuk mengendalikan wilayah sipil di Jalur Gaza”,” kata laporan Yedioth Ahronoth, dikutip Khaberni, Kamis (2/1/2025).
Laporan itu menambahkan, para pejabat Barat mengatakan, “Daerah di mana Hamas mendapatkan kembali sebagian kemampuannya terletak di pusat Jalur Gaza (Gaza Tengah), seperti Al-Mawasi dan Al-Nuseirat.”
Kendali Hamas di Gaza Tengah ini dibuktikan saat mereka mampu membasmi kelompok kriminal, yang diduga dipersenjatai oleh Israel, penyebotase truk-truk bantuan yang memasuki Jalur Gaza.
“Hamas tiba-tiba mendapatkan kembali sebagian kemampuannya dan melenyapkan entitas kriminal yang mencuri konvoi,” kata narasumber laporan tersebut.
Menurut laporan media tersebut, para pejabat Barat mengkonfirmasi bahwa “Hamas menyerang pencuri yang menyita bantuan di depan tentara Israel”.
Sebelumnya dilaporkan, Otoritas Palestina (PA) pada November silam mengklaim kalau tentara Israel (IDF) mengizinkan geng-geng bersenjata menjarah truk-truk bantuan di Jalur Gaza yang diblokade .
Selain itu, PA juga menuduh IDF malah meminta ‘jatah’ dengan mengutip biaya ke geng-geng tersebut dari hasil penjarahan yang dilakukan.
“Tentara mengizinkan geng-geng bersenjata mencuri truk-truk bantuan dan barang-barang serta mengenakan biaya,” kata Ismail Thawabteh, yang mengepalai kantor media pemerintah Gaza, kepada Anadolu, dikutip RNTV, Selasa (12/11/2024).
Ia mengatakan pasukan Israel mencegah petugas polisi Palestina dan perusahaan-perusahaan keamanan swasta mengamankan truk-truk bantuan dan mengancam akan menargetkan mereka.
“Strategi ini sesuai dengan kebijakan (Israel) yang sengaja membuat warga Palestina kelaparan , dan menegaskan bahwa tujuannya adalah untuk mencegah pengiriman bantuan,” tambahnya.
Beberapa polisi dan petugas keamanan Palestina tewas dalam serangan-serangan Israel saat menjaga truk-truk bantuan di Gaza.
Bulan lalu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan tentang kelaparan yang “tidak dapat ditoleransi” di daerah kantong Palestina itu. “Khawatir dengan temuan laporan IPC
“(Integrated Food Security Phase Classification) hari ini bahwa pengungsian yang tinggi dan pembatasan aliran bantuan kemanusiaan berarti orang-orang di Gaza menghadapi tingkat kelaparan yang sangat parah,” tulis Guterres di X.
Israel telah melanjutkan serangannya yang menghancurkan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Serangan itu telah menewaskan lebih dari 43.600 korban dan membuat daerah kantong itu hampir tidak dapat dihuni. Israel menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perang mematikannya di Gaza.***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.