Jakarta (Riaunews.com) – Politikus PDI Perjuangan Arteria Dahlan menjelaskan keluarganya tidak memiliki hubungan kerabat dengan Bachtarudin, salah seorang pendiri Partai Komunis Indonesia (PKI) Sumatera Barat.
Arteria bahkan mengungkap seluruh silsilahnya demi membantah tudingan cucu pendiri PKI di Sumatra Barat.
Arteria membantah tokoh pers Sumatera Barat, Hasril Chaniago dalam ILC tvOne bertajuk ‘Sumbar Belum Pancasilais’, yang ditayangkan Selasa (8/9/2020) malam.
“Memang ada tokoh PKI dari Maninjau bernama Bachtarudin, (tapi) tidak ada hubungan kekeluargaan antara Bachtarudin dengan kakek dan nenek saya, baik dari pihak ayah maupun ibu,” kata Arteria dalam keterangan tertulisnya, Rabu (9/9).
Baca: Menurut Arteria Dahlan harusnya orang Minang bangga dengan Puan
Dalam acara talk show tersebut, Hasril Chaniago menyinggung soal kakek Arteria saat menjelaskan tentang Pemilu 1955 dan urutan parpol pemenangnya. Hasril menyatakan jika Bachtarudin yang disebut sebagai pendiri PKI Sumatra Barat merupakan kakek dari Arteria.
Arteria menegaskan pernyataan Hasril tidak tepat. Anggota Komisi III DPR RI itu menyatakan jika kakek dari ibunya bernama Wahab Syarif, dan neneknya bernama Lamsiar, seorang ibu rumah tangga biasa.
Menurut Arteria, kakek dari pihak ibunya itu merupakan pedagang tesktil di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Kakeknya masuk ke Jakarta tahun 1950.
Sementara, kakek Arteria dari pihak ayah bernama Dahlan bin Ali, salah seorang pedagang di Sumatera Barat. Neneknya bernama Dahniar Yahya, atau biasa disebut Ibu Nian yang juga salah satu tokoh Masyumi.
“Seluruh orang Maninjau di Kukuban pernah mengaji ke Bu Nian. Ibu Nian juga pernah ditahan pemerintahan Sukarno karena diduga terlibat PRRI saat itu,” ungkap dia.
Arteria mengungkapkan, ayahnya, Zaini Dahlan merupakan guru di beberapa SMA dan pernah menjadi ketua salah satu yayasan pendidikan swasta. Sang ayah, kata dia, pernah mendaftar akademi kepolisian, namun pada tes terakhir ditolak karena terindikasi Masyumi dan PRRI.
Baca: Ketum FPI: Pembakaran foto Habib Rizieq dilakukan gerombolan PKI
“Ayah saya lama di Jogja karena sempat kuliah di Farmasi UGM, sempat pula mengajar di SMA Muhammadiyah Jogjakarta, jujur ayah korban politik Orde Lama,” jelas Arteria.
“Waktu awal masuk PDIP dia agak keberatan, tapi setelah beberapa lama, justru dia yang ikut aktif kampanye PDIP di Sumbar di tahun 2009,” kata dia menambahkan.
Dalam sebuah acara talk show, Selasa (8/9) malam, Tokoh Pers Sumatra Barat, Hasril Chaniago menyinggung soal kakek Arteria saat menjelaskan tentang Pemilu 1955 dan urutan parpol pemenangnya.
“Masyumi bisa mengantarkan satu wakil, masih kakek Arteria ini, namanya Bachtarudin,” kata dia, disambut senyum Arteria yang hadir dalam acara itu.
“Dalam satu keluarga di Minangkabau itu bisa lahir berbagai aliran politik. Dia masih ada garis keturunannya dengan Rasuna Said. Masyumi, Arteria Dahlan ini mamaknya Bachtarudin, kakeknya itu, Bachtarudin itu pendiri PKI Sumatra Barat Anggota Konsituante setelah 1955. Jadi menerima perbedaan itu malah dalam satu keluarga,” urainya.
Baca: Tak sekadar PDIP minim suara, sejarawan nilai polemik Puan-Sumbar berakar dari sentimen PRRI
Partai Masyumi merupakan partai Islam terbesar di era Pemilu 1955 atau era demokrasi liberal. Saat itu, partai yang pernah digawangi Mohammad Natsir ini meraih posisi kedua di bawah PNI dengan tokohnya Sukarno.
Seusai acara bincang-bincang itu, warganet kemudian ramai memperbincangkan bahwa Arteria adalah keturunan PKI.
Acara itu digelar terkait ujaran Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang menanyakan dukungan Sumbar terhadap negara Pancasila dalam pemberian rekomendasi terhadap pasangan bakal pasangan calon di Pilkada Sumbar 2020, Mulyadi-Ali Mukhni.***
Sumber: CNN Indonesia
Editor: Ilva
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.