Kamis, 24 Oktober 2024

UNIFIL Tolak Mundur, Prajurit TNI Bakal Hadapi Tentara Israel di Lebanon?

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Lebih dari seribu prajurit TNI tergabung dalam pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) di Lebanon. (Foto: Kumparan)

Beirut (Riaunews.com) – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI melaporkan bahwa terdapat 1.232 personel TNI yang bertugas di Lebanon, saat Ibu Kota Beirut dihantam serangan udara oleh Israel pada Selasa (30/7/2024).

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Kemlu RI, Judha Nugraha mengatakan bahwa ribuan personel TNI tersebut tengah tergabung dengan Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL).

UNIFIL sendiri menolak permintaan pasukan penjajahan Israel (IDF) untuk memindahkan pasukan yang ditempatkan di dekat perbatasan Lebanon.

Pekan lalu, Kepala Pusat Penerangan atau Kapuspen TNI Mayor Jenderal Hariyanto mengatakan bahwa, prajurit TNI yang bertugas di Lebanon bertekad akan tetap bertugas menjaga perdamaian.

“Yakinlah penugasan di sana sampai sekarang masih dilaksanakan,” ucap Hariyanto di Lapangan Silang Monas, Jakarta pada Kamis pekan lalu.

Dia menyatakan, belum ada prajurit TNI di Lebanon yang terluka akibat konflik. “Sampai sekarang aman, tidak terluka,” katanya.

Ia menyatakan, penarikan pasukan TNI dari Lebanon harus mendapat izin dari Kementerian Luar Negeri dan pemimpin Pasukan Perdamaian PBB atau UNIFIL di Lebanon.

Pada 2020 lalu, pasukan TNI di Lebanon pernah berhadapan langsung dengan IDF. Saat itu, mereka dengan berani mengadang tank Merkava milik IDF dari memasuki wilayah Lebanon.

Komandan Pusat Misi Pasukan Perdamaian (PMPP) saat itu, TNI Mayjen Victor Hasudungan Simatupang membenarkan informasi bahwa prajuritnya yang dikirim untuk misi perdamaian di Lebanon mengadang tank Merkava milik militer Israel di daerah Blue Line yang merupakan wilayah netral kedua negara.

“Pada 2 Juni 2020, pasukan kita yang di Lebanon, tentara Garuda kita yang di Lebanon di daerah ‘Blue Line’ sana menghadang pertikaian antara tentara Lebanon dan tentara Israel,” kata Victor kepada wartawan di Jakarta, Jumat (19/6/2020).

Aksi prajurit TNI di bawah bendera PBB itu terekam dalam video yang disiarkan Lebanese Army dengan durasi satu menit, memperlihatkan sejumlah prajurit TNI dengan tenang mengadang tank Merkava yang menerobos pagar pembatas kedua negara, yang terletak di wilayah Adisa, bagian selatan Lebanon.

Victor menjelaskan, Indonesia menempatkan satu kompi TNI yang bertugas sebagai pasukan perdamaian di Blue Line Lebanon-Israel untuk menjaga perbatasan kedua negara.

“Jadi dulu ada perjanjian yang dibuat oleh PBB namanya Blue Line. Itu perbatasan antara negara Israel dan Lebanon. Pasukan kita satu kompi di sana disiapkan di sana untuk menjaga perbatasan itu. Jadi sehari-hari mereka ada di sana,” kata abituren Akedemi Militer (Akmil) 1986 ini.

Menurut dia, kawasan Blue Line Lebanon-Israel memiliki panjang sekitar 400 kilometer yang dijaga pasukan perdamaian PBB dari berbagai negara, termasuk Indonesia. “Jadi, itu dibagi-bagi. Ada yang dari Spanyol, negara lain juga, untuk mengamankan Blue Line itu,” kata Victor.

Sebelumnya, akun Instagram militer Lebanon; @lebanese.army_, mengunggah pasukan TNI yang ditandai seragam dan atribut warna merah putih di lengan mereka mencoba menengahi tank Merkava yang dikendalikan prajurit Israel sedang berhadapan dengan prajurit Lebanon yang membawa RPG atau granat berpeluncur roket.

Berkat lobi dan gerakan prajurit TNI yang terus berupaya agar kedua belah pihak bisa saling menahan diri, akhirnya tank Israel ditarik mundur, dan prajurit Lebanon juga kembali ke wilayah negaranya. Prajurit TNI tersebut tergabung dalam Kontingen Garuda XXIII-M untuk United Nations Interim Forces in Lebanon (UNIFIL), peperangan kedua negara tidak terjadi.

Pada 2021, sejumlah prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Indobatt XXIII-O/UNIFIL kembali mengadang laju tiga tank Merkava milik IDF. Peristiwa itu terjadi Temporary Point (TP) area 35 dan TP area 36, Lebanon Selatan, Rabu (10/3/2021), Komandan Satgas XXIII-O/UNIFIL kala itu, Kolonel Inf Amril Haris Isya Siregar menjelaskan, pengadangan dilakukan ketika personelnya tengah menjalankan patroli rutin untuk meredam ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel.***

 

Sumber: Republika

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *