Ankara (Riaunews.com) – Aksi terorisme yang meresahkan belakangan ini kembali marak terjadi di Tanah Air.
Dimulai dari insiden bom bunuh diri di depan Katedral Makassar pada Ahad (28/3/2021), lalu disusul penyerangan di Mabes Polri Jakarta tiga hari berikutnya, yakni Rabu (31/3/2021).
Meskipun sejumlah pihak mengimbau agar masyarakat tak mengaitkannya dengan agama, akan tetapi barang bukti dan lain sebagainya mau tak mau harus diakui memang merujuk pada suatu agama tertentu, yakni agama Islam.
Lantas, mengapa kira-kira hanya agama Islam yang sering diidentikkan dengan aksi terorisme? Apakah benar bahwa agama lain tidak ada yang demikian?
Presiden Turki, yakni Recep Tayyip Erdogan, pernah turut mempertanyakan hal itu ketika ia berpidato di depan publik.
Kala itu, ia bertanya kepada orang-orang yang hadir apakah mereka pernah mendengar sebutan teroris Kristen, teroris Yahudi, teroris Buddha, atau teroris Atheis.
Adapun hal tersebut dinyatakan Erdogan tatkala menanggapi pembantaian kaum Muslim dan Muslimah di Myanmar, juga terkait isu Islamofobia secara global yang dirasakannya.
Hal itu ia sampaikan dalam sebuah video singkat yang ditayangkan di kanal YouTube Cordova Media berjudul “Apa Kata Erdogan tentang Islamofobia Global?” berdurasi sekitar satu menit dua puluh detik.
“Apakah kalian pernah mendengar ada yang menyebut teroris Kristen, teroris Yahudi, teroris Buddha?” tanya Erdogen dalam video tersebut, dikutip pada Kamis, 1 April 2021.
“Atau bahkan mereka yang tidak percaya adanya Tuhan disebut teroris Atheis?” lanjutnya.
Erdogan lantas menyinggung kasus pembantaian Muslim (etnis Rohingnya) di Myanmar dan mempertanyakan mengapa tidak ada pihak yang mengaitkannya dengan agama tertentu.
“Kalian tidak akan pernah mendengarnya. Sebab jika pelakunya adalah Muslim, maka agamanya akan disalahkan atas tindakannya.”
Erdogan berpendapat jikalau pelaku bukan berasal dari umat Muslim, maka agamanya tidak akan disebut dan disangkutpautkan dengan perbuatannya.
“Jika bukan Muslim, maka agamanya tidak akan disebut-sebut.”
Erdogan lantas menyatakan bahwa hal seperti itu tidaklah elok karena tidak mencerminkan sikap yang baik.
Sebaliknya, sikap yang seperti itu merupakan sikap buruk karena sudah termasuk bagian dari Islamofobia global.
“Negara-negara Barat dan dunia internasional mengaitkan Islam dengan terorisme yang pada akhirnya mereka berupaya menyamakan keduanya (Islam dan terorisme).”
Di akhir pidatonya, Erdogan kemudian mengimbau semua yang ada di sana untuk “berjuang” menghentikan Islamofobia global yang hingga kini masih terjadi.
Dalam arti lain, berjuang untuk bersama-sama melenyapkan anggapan dunia internasional yang menyebut bahwa Islam selalu berkaitan dengan terorisme.
“Kita akan hancurkan permainan ini bersama-sama. Apakah kita siap?” tutup Erdogan. ***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.