Jumat, 25 Oktober 2024

Chevron dan Exxon Disebut Akan Lakukan Merger

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Exxon dan Chevron
Dua perusahaan raksasa migas dunia Exxon dan Chevron disebut-sebut akan melakukan merger.

Ney York (Riaunews.com) – Bos ExxonMobil Corp dan Chevron Corp sempat mengadakan pembicaraan pada awal 2020 untuk membahas kemungkinan penggabungan atau merger dua produsen minyak AS terbesar tersebut.

Dikutip dari Reuters, jika dua perusahaan ini benar-benar jadi bergabung, maka akan menjadi merger terbesar sepanjang masa. Saat itu, pembahasan dilakukan ketika kedua perusahaan tertekan penurunan harga minyak sebagai akibat pandemi corona.

Sumber Reuters mengungkap pembicaraan kedua perusahaan dilakukan oleh Chief Executive Exxon Darren Woods dan CEO Chevron Mike Wirth cukup serius. Sumber tersebut menyatakan mereka sedang menyusun dokumen hukum yang melibatkan aspek-aspek tertentu dari diskusi merger.

Sumber meminta anonimitas karena masalah tersebut bersifat rahasia. Exxon dan Chevron memiliki kapitalisasi pasar masing-masing US$190 miliar dan US$164 miliar menolak berkomentar.

Saham Exxon dan Chevron menukik turun tahun lalu setelah perang harga Saudi-Rusia dan dampak dari wabah virus corona baru menyebabkan nilai minyak turun.

Saham Exxon terpukul paling parah, karena investor menyuarakan kekhawatiran tentang profitabilitas jangka panjang dan keputusan pengeluaran perusahaan.

Dalam pembicaraan mereka, CEO Exxon dan Chevron membayangkan mencapai sinergi melalui pemotongan biaya besar-besaran untuk membantu mengatasi penurunan pasar energi. Pada akhir 2019, Exxon mempekerjakan sekitar 75 ribu orang dan Chevron sekitar 48 ribu orang.

Menyusul pembicaraan yang dibatalkan dengan Exxon, Chevron kemudian mengakuisisi produsen minyak Noble Energy dalam kesepakatan tunai dan saham senilai US$5 miliar yang diselesaikan pada Oktober lalu.

Exxon melaporkan hasil kuartal keempat pada 2 Februari mendatang. Chevron pekan lalu melaporkan kerugian kuartal keempat sebesar US$11 juta secara mengejutkan karena margin rendah pada bahan bakar, biaya akuisisi, dan efek mata uang asing membanjiri hasil pengeboran yang meningkat.

Jika Exxon-Chevron bergabung akan menjadi perusahaan minyak terbesar kedua setelah Saudi Aramco, yang menawarkan nilai pasar sekitar US$1,8 triliun.

Exxon dan Chevron, dengan neraca mereka yang kuat, bertahan dari gejolak di pasar energi menyusul pandemi yang memaksa beberapa produsen minyak dan gas independen yang lebih kecil untuk mengajukan perlindungan kebangkrutan. Exxon dan Chevron sama-sama telah menghentikan pekerjaan selama setahun terakhir.***

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *