Selasa, 30 April 2024

Operator penerbangan China paling terpukul wabah corona

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Maskapai asal China paling terpukul akibat wabah corona. (Foto: Niahao Indonesia)

Jakarta (Riaunews.com) – Perusahaan maskapai penerbangan dunia diperkirakan kehilangan pendapatan sebesar 29,3 miliar dolar AS pada tahun ini. Hal tersebut disebabkan oleh penyebaran virus corona baru atau Covid-19 yang membuat sejumlah penerbangan di berbagai negara ditangguhkan.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan permintaan perjalanan udara akan turun untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade. Maskapai penerbangan di China dan beberapa negara lain di Asia Pasifik diperkirakan akan terkena sebagian besar dampaknya.

Kondisi ini terjadi karena maskapai di seluruh dunia telah dipaksa untuk mengurangi penerbangan.

“Secara total maskapai penerbangan di kawasan Asia Pasifik akan mengalami kerugian sebesar 27,8 miliar dolar AS pada tahun 2020, sementara maskapai di luar Asia diperkirakan akan kehilangan pendapatan sebesar 1,5 miliar dolar AS,” ujar pernyataan IATA dikutip BBC, Sabtu (22/2/2020).

Dari angka tersebut, IATA memprediksi bahwa operator penerbangan di China saja akan kehilangan pendapatan 12,8 miliar dolar AS dari pasar dalam negeri. “Maskapai membuat keputusan sulit untuk memangkas kapasitas dan rute,” kata Direktur Jenderal IATA Alexandre de Juniac.

“Ini akan menjadi tahun yang sangat sulit bagi maskapai penerbangan,” ujarnya menambahkan.

Kendati demikian, IATA juga mengingatkan bahwa masih terlalu dini untuk memperkirakan apa artinya kehilangan pendapatan yang diharapkan bagi profitabilitas maskapai tahun ini.

IATA mendasarkan perkiraannya pada penurunan permintaan yang terlihat selama wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) pada tahun 2003. Kala itu, ditandai dengan periode enam bulan yang melihat penurunan tajam dalam permintaan diikuti oleh pemulihan yang sama cepatnya.

Wabah SARS menyebabkan permintaan untuk maskapai di wilayah Asia-Pasifik mengalami penurunan sebesar 5,1 persen.

Prediksi IATA kali ini juga mengasumsikan bahwa virus tetap berpusat di China, tetapi IATA memperingatkan bahwa efeknya bisa jauh lebih buruk jika infeksi menyebar lebih jauh di wilayah tersebut.

IATA juga memiliki perkiraan bahwa kawasan Asia Pasifik akan menjadi pendorong terbesar permintaan perjalanan udara antara 2015 dan 2035. Termasuk empat dari lima pasar dengan pertumbuhan penumpang tercepat berasal dari Asia.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *