Kamis, 2 Mei 2024

Lanal Tanjungbalai Karimun Bekuk Tiga Perompak di Selat Malaka

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Tiga komplotan perompak yang beraksi di Selat Malaka ditangkap Lanal Tanjungbalai Karimun. (Foto: Dispenal)

Karimun (Riaunews.com) – Pangkalan TNI Angkatan Laut Tanjungbalai Karimun (Lanal TBK) membekuk tiga orang berinisial TG, WN, dan MS. Mereka merupakan perompak yang kerap beraksi di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Palaksa Lanal TBK Mayor Laut (H) P Panjaitan menjelaskan, awalnya ketiga perompak ini bersama dua rekannya, JP dan AF, diselamatkan oleh petugas Basarnas karena kapal mereka terdampar di Perairan Malaysia pada Senin (30/10/2023). Lima orang tersebut mengaku sebagai nelayan.

Panjaitan menerangkan, terdamparnya lima orang itu sempat menimbulkan kecurigaan. Hal tersebut semakin menguat lantaran petugas tidak menemukan tanda maupun bukti bahwa mereka sedang mencari ikan di laut ketika boat pancungnya pecah dihantam gelombang dan terdampar di perairan Malaysia.

“Setelah dilakukan pengolahan data oleh tim siber Lanal TBK dengan mengakses data-data diduga korban melalui jejaring sosial dan lini masa para korban terindikasi tiga dari mereka sebagai pelaku kejahatan perompakan di Selat Malaka dan Selat Singapura,” kata Panjaitan dalam siaran pers, dilansir Republika, Jumat (3/11/2023).

Selanjutnya, tiga pelaku dibawa dari Desa Pongkar untuk diperiksa lebih lanjut. Sedangkan, dua orang lainnya, yakni AF dan JP berhasil kabur dan masih diburu keberadaannya. Panjaitan menyebut, dari hasil pendalaman, tiga orang tersebut mengakui kerap beraksi di laut.

Dalam menjalankan aksinya di laut, sambung dia, mereka menentukan kapal yang akan menjadi sasaran dengan menggunakan aplikasi Ship Info. Sehingga perompak tersebut mendapatkan data lengkap kapal, termasuk kecepatan kapal.

“Ketika kapal dengan kecepatan 12 knots, maka para perompak ini memanjat kapal dengan cara memakai tali panjang yang panjangnya lebih kurang 22 meter dan disimpul sesuai jarak panjat kaki, satu orang tinggal di boat (tekong), satu orang pemegang tali, dan empat orang naik ke atas kapal untuk mengambil sparepart di kapal,” ucap Panjaitan.

Menurut dia, komplotan tersebut selalu merekrut warga lokal untuk ikut serta dalam aksinya agar memudahkan dalam mencari tempat tinggal dengan tanpa menunjukkan identitas sebenarnya. Para perompak diketahui mencuri sparepart di atas kapal yang melintas di outer port limit (OPL) dan sekitarnya.

“Formasinya selalu tetap dan bisa saja saling silang berganti ketua kelompok disaat aksi yang berbeda,” kata Panjaitan.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *