Sawahlunto (Riaunews.com) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut proses evakuasi korban ledakan tambang batubara Sawahlunto pada Jumat (9/12/2022) sempat mengalami kesulitan.
Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan proses pencarian dan pertolongan para korban sempat mengalami kendala karena asap hitam pekat dan beberapa titik api.
Selain itu, banyaknya pintu mulai dari pintu utama yang hampir mencapai 80 lorong dari 13 pintu ke dua juga menyulitkan tim gabungan.
Dalam proses evakuasi, tujuh tim penyelamat gabungan yang sudah memiliki sertifikasi penyelamat tambang bawah tanah bahkan harus dilarikan ke Puskesmas terdekat dan RSUD Sawahlunto karena menderita kekurangan oksigen.
“Tim penyelamat gabungan sempat menderita kekurangan oksigen dan harus dilarikan ke Puskesmas serta RSUD Sawahlunto. Alhamdulillah semuanya baik-baik saja,” ujar Abdul dalam sebuah keterangan, dikutip dari CNN Indonesia, Ahad (11/12/2022).
Kecelakaan tambang batu bara yang terjadi di Prambahan, Kota Sawahlunto pada Jumat (9/12), tepatnya pukul 08.00 WIB, telah menyebabkan 10 orang meninggal dunia, 1 luka berat dan 1 luka ringan.
Abdul menjelaskan para korban ditemukan pada kedalaman antara 100-300 meter, dan pada saat ditemukan, para korban mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuh.
Menurut informasi yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB, korban yang mengalami luka berat atau kritis telah dievakuasi ke RSUD Sawahlunto. Sedangkan yang mengalami luka ringan telah mendapatkan perawatan intensif dan sudah diperbolehkan pulang.
Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sawahlunto, ledakan terjadi 15 menit pasca para pekerja masuk ke dalam tambang batu bara bawah tanah pada pukul 08.00 WIB. Ledakan tersebut menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka.
“Pukul 08.00 WIB pekerja masuk, nah 15 menit kemudian kecelakaan terjadi,” ujar Kurnia, tim Pusdalops BPBD Kota Sawahlunto.
Sebelum masuk ke lubang tambang, petugas pengawas lubang telah memeriksa keamanan mulai dari kandungan metan, kadar oksigen dan kondisi ram penyangga dan sebagainya. Menurut kesaksiannya, beberapa hal tersebut dalam keadaan aman sesuai SOP yang berlaku.
“Petugas lubang telah memeriksa semuanya dan aman,” tutur Kurnia.
Pihak Kepolisian bersama tim dari Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT) Kementerian ESDM masih mengumpulkan data dan informasi mengenai kronologi kejadian dan keterangan lain yang diperlukan.
Hingga saat ini, tim tersebut belum dapat menyimpulkan apakah kecelakaan itu merupakan sebuah ledakan atau ada fenomena lain. Tim masih terus menyelidiki muasal penyebab dari peristiwa tersebut.***