Jakarta (Riaunews.com) – Mantan Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho mempertanyakan masa depan proyek Bukit Algoritma di Cikidang dan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat yang digadang sebagai Silicon Valley ala Indonesia.
Menurut Yanuar, Bukit Algoritma untuk pengembangan teknologi butuh ekosistem yang baik, bukan sekadar proyek jangka pendek setelah itu terbengkalai. Detail proyek pembangunan yang rencananya akan didirikan di lahan seluas 800 hektare ini yang belum terungkap.
“Yang menjadi pertanyaan mendasar adalah mengenai ekosistem yang dibutuhkan untuk mendirikan atau untuk membangun itu (Bukit Algoritma),” ujarnya kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon (13/4/2021).
Ia menilai dalam pembangunan ekosistem Bukit Algoritma membutuhkan waktu yang lama untuk merampunganya. Ia khawatir dari pembangunan itu akan menjadi proyek mangkrak.
Selain itu muncul juga pertanyaan akses serta infrastruktur yang dapat menunjang operasional Bukit Algoritma masih sumir seperti pembangunan akses jalan, jaringan internet hingga persetujuan dari pemerintah setempat.
“Detailnya mana? tata ruangnya kaya apa? Budiman mengklaim punya 800 hektar mana gambarnya? Seperti apa? Apa targetnya? investornya siapa? duitnya berapa?” tanya dia.
Kendati demikian ia tetap setuju dalam pembangunan Bukit Algoritma yang diprediksi akan dijadikan wilayah industri teknologi layaknya Silicon Valley di California, Amerika Serikat (AS).
“Ide besar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa ya saya setuju,” ujarnya.
Sebelumnya politisi PDI Perjuangan sekaligus pendiri Gerakan Inovator 4.0 Budiman Sudjatmiko bersuara soal pembangunan proyek Bukit Algoritma. Proyek akan dikembangkan PT Kiniku Bintang Raya.
Ia memastikan dana itu tidak berasal dari APBN, tapi investor baik dalam maupun luar negeri.
“Kami punya ide, kami tawarkan ke investor. Kemudian banyak investor dalam dan luar negeri tertarik. Kemudian dipercayakan kepada kami, kami kemudian cari kontraktor,” ujar Budiman yang juga ketua pelaksana PT Kiniku Bintang Raya kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (10/4).
Bukit algoritma sendiri akan dikembangkan menjadi ‘Silicon Valley’ di Indonesia, yaitu kawasan pengembangan riset dan sumber daya manusia yang berbasis industri 4.0. Harapannya, kawasan ini juga bisa meningkatkan pembangunan infrastruktur di dalam negeri secara berkelanjutan.
Budiman berharap Bukit Bintang juga mendapatkan status sebagai kawasan ekonomi khusus (KEK) dengan total lahan 888 hektare sehingga dapat memperoleh berbagai insentif fiskal dari pemerintah.***