Enggan tanggapi tantangan Jerinx, dr Yovi: Nanti malah jadi bodoh

dr Indra Yovi tak mau tanggapi tantangan Jerinx SID.

Pekanbaru (Riaunews.com) – Jerinx kembali bikin heboh lewat narasinya dalam unggahan yang memperlihatkan sosok Juru Bicara penanganan Covid-19 Provinsi Riau, dr Indra Yovi, bicara ‘Kalau tidak percaya COVID-19, boleh coba masuk ruang isolasi tanpa APD’. Dokter Yovi pun buka suara dengan narasi tak mau jadi bodoh dengan menanggapi tantangan Jerinx tersebut.

Kehebohan berawal saat Jerinx mengunggah foto dr Yovi yang memakai masker dan jaket BPBD sekitar pukul 09.00 WIB di akun Instagram-nya, @jrxid. Posting-an musisi tersebut kemudian mendapat ribuan komentar dari warganet lainnya.

Dalam caption-nya, Jerinx mengaku mencari Yovi. Dia juga menanyakan ke dr Tirta apakah memiliki kontak Yovi atau tidak.

Baca: dr Indra Yovi minta yang pernah ke Kantor Camat Bukitraya dan Puskesmas Rumbai untuk tes swab

“ADA YANG BISA KONEKSIKAN SAYA DENGAN SI YOVI-19 INI,” tulis Jerinx.

“Saya sudah coba sejak berbulan-bulan lalu dan TIDAK ADA RS yg ijinkan saya ketemu pasien tanpa APD. Cek IG saya. Ada buktinya. Saya sudah siap mati demi ini. Apa MEREKA siap RAHASIA DAPURNYA kebongkar. Mas dr Tirta ada kontaknya Yovi? Tolong balas DM ya. Suwun,” sambungnya.

Lalu, apa tanggapan dr Yovi soal posting-an Jerinx tersebut?

“Hanya akan menghabiskan energi saja menanggapinya. Nanti saya malah jadi bodoh,” kata Yovi.

Meski demikian, Yovi membenarkan kata-kata yang ada dalam foto unggahan Jerinx itu merupakan ucapannya. Dia mengatakan ucapan tersebut terlontar karena dirinya menilai banyak masyarakat yang tak percaya dengan bahaya COVID-19.

“Betul saya berbicara yang tidak percaya dengan COVID-19 silakan masuk ruang isolasi tanpa APD. Ini saya sampaikan karena masih banyak masyarakat yang tidak percaya dengan COVID-19, padahal angka kematian terus bertambah mencapai 50 orang mati setiap hari (secara nasional),” kata Yovi.

Dia menilai masyarakat sering mengabaikan protokol pencegahan COVID-19 yang telah dianjurkan pemerintah. Yovi pun mengaku ogah menanggapi lebih jauh posting-an Jerinx. Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 Riau ini mendoakan Jerinx dan keluarga selalu diberi kesehatan.

“Kalau soal IG itu saya malas menanggapinya. Saya doakan semoga dia dan keluarganya diberikan kesehatan,” tutup Yovi.

Baca: Indra Yovi sebut dua pasien positif meninggal sebelum hasil swab PCR keluar

Terlepas dari kehebohan posting-an Jerinx, Kepala Laboratorium Departemen Ilmu Sosiologi Universitas Sumatera Utara (USU), Muba Simanihuruk, punya analisis sendiri soal fenomena masyarakat yang tak percaya bahaya Corona. Muba memulai penjelasan soal budaya masyarakat yang percaya dengan hoax serta konspirasi di balik COVID-19.

“Hoax dan konspirasi terjadinya Corona merasuki dan dianggap kebenaran. Refleksi budaya dan perilaku fatalistik dan escapisme sebagian masyarakat,” kata Muba.

Selanjutnya, Muba mengambil contoh tokoh-tokoh yang dinilai seakan anggap remeh terhadap bahaya COVID-19. Antara lain, Presiden Brasil Jair Bolsonaro, Presiden AS Donald Trump serta musisi Jerinx.

Dia menilai orang-orang menganggap remeh COVID-19 ini muncul karena merasa kecil kemungkinan dirinya terpapar virus. Padahal, di Indonesia sudah ada 83.130 orang yang dinyatakan positif Corona dan 3.957 orang di antaranya meninggal dunia.

Muba mengatakan masyarakat yang tak percaya Corona ini juga dipicu era post-truth politics. Artinya, hoax atau teori konspirasi saat ini disampaikan secara terus menerus sehingga sebagian masyarakat meyakininya sebagai kebenaran. Padahal, kata Muba, hal tersebut berbahaya. Dia pun menyarankan semua pihak mencari informasi dari sumber-sumber resmi dan para ahli agar tidak salah memahami COVID-19.

“Ini era post-truth politics. Kebohongan yang diulang-ulang masif lewat hoax dan teori konspirasi diyakini sebagian masyarakat sebagai kebenaran. Mastermind di belakang ini tentu lebih jauh lagi. Agar dokter dan pemerintah kurang, bahkan tidak dipercayai lagi. Implikasinya korban Corona meningkat dan kepercayaan pada pemerintah ambruk. Skenario terburuknya kerusuhan sosial dan pembangkangan sosial,” tutur Muba.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *