Pekanbaru (Riaunews.com) – Sebagai sebuah negara, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam upaya iklim global. Dengan potensi energi terbarukan yang sangat besar, Indonesia memiliki posisi yang baik untuk mendorong pengembangan industri yang berkelanjutan. Indonesia juga memiliki beragam ekosistem yang menyimpan hingga 1 Gt CO2, yang berperan penting dalam penyerapan karbon global.
Perhelatan aksi iklim terbesar di kawasan Asia Pasifik, Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 digelar pada 5-6 September di Jakarta Convention Center. Forum ini diramaikan oleh 8.000 peserta dari 50 negara.
Indonesia Sustainability Forum (ISF) didirikan sebagai sebuah platform untuk mendorong kolaborasi dan berbagi praktik terbaik di antara para pemangku kepentingan dalam aksi dekarbonisasi, yang pada akhirnya memajukan upaya bersama global dalam mengejar pertumbuhan yang berkelanjutan.
Dalam sambutannya, Presiden RI Joko Widodo menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi energi hijau yang melimpah, mencapai lebih dari 3.600 GW. Salah satunya dalam bentuk PLTS dan PLTS apung terbesar di Asia Tenggara.
Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi besar dalam penyerapan karbon. Hutan mangrove Indonesia saat ini terbesar dan terluas di dunia mencapai 3,3 juta hektare yang mampu menyerap karbon 8 sampai 12 kali lebih baik dibandingkan hutan hujan tropis.
“Ekonomi hijau bukan hanya tentang perlindungan lingkungan, tapi juga tentang bagaimana mencitptakan kesejahteraan bagi rakyat, kesejahteraan yang berlekanjutan bagi rakyat. Jangan meragukan komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emission dan berkontribusi bagi dunia yang lebih hijau,” katanya.
Pertamina Hulu Rokan sebagai salah satu anak perusahaan di bawah subholding upstream juga mengemban tugas untuk memastikan keberlanjutan itu berjalan. Saat ini beberapa inisiatif sudah mulai dijalankan berupa transisi energi dan perlindungan alam dan biodiversity.
PHR berkomitmen terhadap penggunaan energi hijau (green energy) di Wilayah Kerja (WK) Rokan. Salah satu ikhtiarnya adalah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang terbentang seluas 28,2 hektare (Ha) di kawasan kompleks perumahan pekerja PHR di WK Rokan.
Berkolaborasi dengan PT Pertamina Power Indonesia selaku Subholding Pertamina, PHR menghadirkan 64.000 unit panel surya yang tersebar di Rumbai, Duri dan Dumai. Lokasi dan kondisi geografis WK Rokan memberikan potensi output daya fotovoltaik tinggi untuk instalasi PLTS, yang merupakan sumber energi penghasil listrik ramah lingkungan.
Kapasitas produksi yang akan dihasilkan PLTS sebesar 25 MWp dengan potensi efisiensi sebesar USD 4,3 juta per tahun. PLTS juga menghasilkan energi sebesar 32,42 GWh per tahun. Tidak hanya mengurangi emisi karbon sebanyak 23.000 ton pertahun, namun juga mengurangi pemakaian bahan bakar gas sebesar 32 MMSCF per tahun.
“Keberadaan PLTS tentunya sangat membantu dalam mengurangi pemanasan global yang dapat mengakibatkan perubahan iklim,” kata Corporate Secretary PHR Rudi Ariffianto, Rabu (4/9/2024).
PHR turut andil dalam menjaga konservasi alam dan pelestarian habitat Gajah Sumatra (Elephants maximus sumatranus) di sekitar wilayah operasi di WK Rokan. Upaya konservasi Gajah Sumatra diperkuat dengan Program Agroforestri yang melibatkan masyarakat di sekitar area jelajah (home range) gajah liar.
Bersama penggiat pecinta alam Rimba Satwa Foundation (RSF) dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, PHR mendorong pemulihan habitat gajah dengan menanam tanaman pakan di area perlintasan gajah serta menanam tanaman yang rendah gangguan atau tidak disukai gajah namun bernilai ekonomi tinggi bagi masyarakat.
“Inisiatif program agroforestri ini memiliki manfaat yang multi dimensi. Selain mendukung pengurangan jejak karbon melalui penanaman pohon, gerakan ini sekaligus menjaga keanekaragaman hayati, memberdayakan ekonomi masyarakat serta memperbesar ruang agar gajah dapat hidup harmonis berdampingan masyarakat,” ucap Rudi.
Adapun luas area yang telah ditanam saat ini sekitar 225 hektar. Membentang di dua kantong populasi gajah di kawasan hutan Giam Siak Kecil, Kabupaten Siak dan Balairaja, Kabupaten Bengkalis. Sedangkan untuk penanaman pohon pengkayaan pakan gajah mencapai 400 hektar.
Upaya konservasi gajah juga dilakukan secara terintegrasi melalui pemantauan populasi gajah. PHR dan RSF melakukan pemasangan lima unit GPS Collar untuk gajah liar pada habitat Minas dan Duri. Sejauh ini, pemasangan GPS Collar yang dapat mendeteksi pergerakan gajah liar tersebut dinilai berjalan cukup efektif mengurangi interaksi negatif satwa gajah dengan masyarakat sekitar.
Tidak hanya melindungi gajah sebagai satwa endemik Sumatera. PHR dengan mengusung konsep kolaborasi Pentahelix menggandeng masyarakat dalam mendukung konservasi mangrove di Dumai. Kegiatan perlindungan tanaman jenis hutan bakau ini menunjukkan perkembangan cukup baik.
Program konservasi mangrove berjalan sejak 2022 dengan luas kawasan awal 2.6 Hektare, namun saat ini terus berkembang mencapai 24 Hektare pada tahun 2024. Selain berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem, konservasi mangrove bahkan telah menciptakan sirkular ekonomi sebagai ekoeduwisata.
Tidak hanya ramai dikunjungi wisata lokal, Kawasan Mangrove Bandar Bakau ini juga kerap didatangi peneliti dari luar negeri. Kawasan mangrove ini diprediksi mampu mengurangi emisi karbon hingga 1.268 Ton CO2Eq atau setara emisi dari 845 kendaraan
Selain konservasi gajah dan mangrove, melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PHR terus berkomitmen dalam menjaga alam dan lingkungan. Berkolaborasi dengan LPPM Universitas Lancang Kuning (Unilak) dan LPPM Universitas Muhammadiyah Riau UMRI), PHR telah membina kelompok bank sampah, bahkan telah berkembang baik inti maupun unit termasuk Sekolah Adiwiyata.
Bank sampah binaan PHR telah menghasilkan sejumlah produk turunan mulai organik hingga anorganik seperti Eco Enzym (EE), Azolla, Pupuk Lindi, Maggot, Minyak Jelantah serta berbagai produk kerajinan dari hasil daur ulang sampah serta ecobrick. Selain melakukan pengembangan produk turunan, PHR Bersama LPPM UMRI juga terus mengembangkan unit-unit baru dari Bank Sampah.
PHR turut mendukung kemandirian energi masyarakat di Provinsi Riau. Lewat Program Desa Energi Berdikari (DEB), PHR terus berupaya mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan berupa biogas di Desa Mukti Sari, Kecamatan Tapung, Kampar. Sejauh ini, sebanyak 21 reaktor biogas dikelola oleh masyarat dibawah binaan PHR bekerja sama dengan Yayasan Rumah Energi (YRE).
Biogas yang dimanfaatkan berasal dari kotoran ternak yang diolah menjadi energi alternatif. Pada 2023, inovasi pengolahan energi terbarukan ditingkatkan, tidak lagi hanya menggunakan kotoran sapi, namun energi juga dihasilkan dari kotoran kambing, limbah ampas tahu bahkan kotoran manusia.
Sejauh ini, total energi yang dihasilkan dari 21 unit instalasi biogas mencapai 288 kWh perhari atau 105.402 kWh pertahun. Warga juga bisa menghemat penggunaan LPG secara rerata tiga tabung perbulannya atau setara Rp 75.000 per bulan.
Tidak hanya menghasilkan energi, instalasi biogas turut memberikan efek berganda bagi masyarakat. Kelompok masyarakat binaan PHR ini juga mampu memproduksi bioslurry atau pupuk cair dan padat hingga menjadi pundi-pundi pendapatan baru bagi masyarakat.
“Sejumlah program TJSL dalam pilar lingkungan menjadi ikhtiar nyata PHR dalam mendukung aksi jaga iklim dunia pada 2060. Mengusung kolaborasi pentahelix, PHR ambil bagian dalam menciptakan iklim lingkungan yang sehat untuk generasi mendatang,” tukasnya.