Rabu, 23 Oktober 2024

Rahasia Langit

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 

 

Oleh Helfizon Assyafei

Kadang saya bertanya dalam hati, mengapa orang baik kadang mengalami tragedi? Dan orang jahat panjang umur? Membaca kisah Sriwijaya Air-182 yang dipiloti Kapten Afwan yang begitu taat membuat saya sedih. Bagaimana memahami ini; tragedi? Memahami kebahagiaan tidak susah. Segala sesuatu yang sesuai keinginan. Tapi tragedi? kematian, kecelakaan, pembunuhan? Mungkin tragedi bisa disederhanankan; segala sesuatu yang tidak kita inginkan. Tapi menerima satu di antaranya tidak mudah. Kebahagiaan mudah diterima setiap orang. Tapi tragedi tidak. Bisa membekas lama bahkan seumur hidup.

Tanpa tahu cara memahaminya maka kata Henry David Thoreau  seorang penulis dan filsuf asal Amerika Serikat, kebanyakan manusia menempuh hidup yang penuh keputusasaan. Bahkan dalam sebuah fiksi ilmiah karya Kurt Vonnegut yang tokohnya bernama Kilgore Trout mengatakan bahwa hidup hanya seperiuk-maaf-tai. Pandangan itu muncul dari mereka yang jadi korban perang dunia pertama.

Saya mendiskusikan hal ini dengan tuan guru. Dan dia berkata; dalam Islam ada namanya iman pada takdir (destiny). Takdir adalah ketetapan Allah pada kita manusia. Sebuah rahasia langit terhadap nasib hidup kita. Kata beliau kebahagiaan dalam kehidupan sejati (akhirat) tidak ditentukan oleh cara kita mati. Banyak orang mati di tempat tidur tapi masuk neraka. Dan banyak orang yang gugur di medan perang sebagai syahid dan masuk surga.

Kebahagian di kehidupan sejati ada pada perilaku kita semasa hidup. Bila biasa menempuh jalan lurus (ihdinas sirotol mustaqim) di dunia maka di akhirat bisa menyeberangi titian sirotolmustaqim juga dengan sukses. “Titian rambut di belah tujuh di akhirat itu hanyalah copy paste dari apa yang kita tempuh di dunia ini,” ujarnya. Jika di dunia biasa hidup lurus maka kelak tidakkan jatuh dari sirotolmustaqim akhirat.

Saya termangu mendengar penjelasannya. Teringat Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat Barat pada abad ke-6 SM. Ia bertanya; apa yang paling kuat? ia jawab sendiri; takdir. Takdir tak menunggu persetujuan kita. Takdir menuliskannya (baik atau buruk) dan kita menjalaninya. Hanya sesederhana itu. Tapi implikasinya tidak sederhana. Iman kepada takdir artinya; menerima ketentuan Allah suka atau tidak. Karena takdir sesuatu yang diluar kuasa kita.

Konsep ini menyehatkan mental. Sebab apa yang diluar kuasa kita tidak untuk dirisaukan. Meski personil darat, pilot dan penumpang sudah yakin pesawat SJ air baik dan layak terbang, takdir bisa berkata lain.  Karena kita tidak diberitahu seperti apa takdir kita kelak maka lakukan saja yang terbaik dalam hidup ini; berbakti pada-Nya dan berbuat baik pada sesama makhluk-Nya.

13 Januari 2020

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *