Pekanbaru (Riaunews.com) – Himpunan Keselamatan Transportasi Masyarakat (Hikatama) beri masukan positif terkait maraknya serangkaian kasus kecelakaan di jalan tol Pekanbaru-Dumai (Permai).
Diantaranya, selain memaksimalkan sosialisasi keselamatan dalam berkendara di jalan bebas hambatan di pertama di Riau itu, juga terkait perilaku pengandaranya yang sering mengabaikan aturan terutama batas maksikum kecepatan.
“Kita dari Hikatama bersama pak Indrayana, memberi masukan soal serangkaian kasus kecelakaan yang terjadi di tol permai. Kita tahu, sejak diresmikan pak Presiden, jalan tol Permai sudah banyak memakan korban, baik kecelakaannya bersifat ringan, berat hingga ada korban jiwa,” kata Sekjen Hikatama Harmaini Wibowo, Rabu (2/6/2021)
Mengenai pentingnya mensosialisasikan keselamatan lebih masif di akses masuk tol. Ini sebagai pengingat akan bahaya dari serangkaian kasus kecelakaan yang telah terjadi di jalan bebas hambatan tersebut.
Karena, dari ribuan kendaraan setiap harinya yang melewati jalan tol sepanjang 131 kilo meter tersebut, beragam termasuk dari luar Riau. Sasarannya, bagaimana kesadaran pengandara bisa meningkat.
Selain itu, titik pemasangan rumble strip (marka kejut) bisa diperbanyak lagi. Kemudian yang tak kalah lebih penting, bagaimana Closed Circuit Television (CCTV) yang banyak terpasang di tol Permai itu, bisa difungsikan menjadi Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE).
Dengan begitu, CCTV ini berperan menjadi teknologi untuk mencatat pelanggaran-pelanggaran dalam berlalu lintas secara elektronik untuk mendukung keamanan, ketertiban, keselamatan dan ketertiban dalam berlalu lintas. Pemetaan data kecelakaan menunjukkan keterkaitan antara tingginya pelanggaran dengan kecelakaan fatal yang terjadi bisa dilihat sebagai bahan evaluasi pihak pengelola tol.
Begitu juga untuk kecepatan kendaraan, juga bisa dipantau melalui sisten ETLE ini. Dengan begitu, persoalan keterbatasan personil dalam mengawasi prilaku pengandara di tol Permai, bisa diatasi.
“Disinilah peran IT. Persoalan keterbatasan petugas bisa diatasi. Kami dari Hikatama mengharapkan, sistem ETLE ini bisa dijalankan. Merekakan punya CCTV dimana-mana,” ungkap Harmaini.
“Kita lihat jalan di Chevron, pengandara bisa disiplin, karena mereka diawasi sistem. Jarak tempuh sudah diatur, tak boleh melebihi 72 kilo meter. Kemudian sanksinya juga ada. Dari sini kami kira, kita bisa belajar,” ujar Harmaini lagi.
Sementara, Branch Manager Tol Permai Indrayana menyampaikan, upaya meminimalisir kasus kecelakaan diantaranya dengan memasang rumble strip, warning ligh di titik-titik rawan kecelakaan. Sosialisasi menurutnya, juga masih dilakukan untuk memberikan kesadaran bagi pengandara.
Kasus kecelakaan didominasi karena faktor kelalaian dari pengandara. Diantaranya karena mengantuk (microsleep). Indrayana memberikan respon positif atas masukan Hikatama tersebut dan menjadi catatan perbaikan kedepan. ***