Jakarta (Riaunews.com) – Sidang lanjutan perkara kasus swab test Habib Rizieq Shihab di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur menghadirkan pimpinan ormas Forum Rakyat Padjajaran Bersatu (FRPB) Ahmad Suhadi sebagai saksi. Saat memberikan kesaksiannya, Suhadi dicecar oleh Ketua Majelis Hakim PN Jakarta Timur Hapsoro.
Dalam sidang itu, Suhadi mengakui, bahwa FRPB baru dibentuk ketika mencuatnya pemberitaan mengenai kaburnya Habib Rizieq dari RS UMMI yang memicu kehebohan masyarakat. Kelompok masyarakat yang berdiri pada 30 November 2020 itu dibentuk saat menggelar aksi unjuk rasa menolak Rizieq Shihab di Perumahan Mutiara Sentul The Nature, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor.
Selain Suhadi, turut dihadirkan pula Ika Nurhakim yang merupakan salah satu pendiri FRPB. Menurut Ika, organisasi atau kelompok itu dibuat untuk menanggapi pemberitaan Habib Rizieq yang heboh di media sosial.
“Apakah setiap media massa heboh memberitakan sesuatu, kalian ikut tanggapi dengan buat organisasi semacam ini?” ujar hakim Hapsoro di PN Jakarta Timur, Rabu (28/4/2021).
“Tidak. FRPB dibentuk hanya untuk menanggapi pemberitaan Habib Rizieq yang ramai di Bogor,” jawab Ika.
Setelah Rizieq ditangkap, Ika mengaku FRPB kerap melakukan demo untuk merespons isu-isu besar lain di Kabupaten Bogor. Ika pun tak mampu menjawab pertanyaan hakim mengenai isu-isu besar lain yang dimaksudnya.
“Ada, yang mulia. Isu intoleransi saja. Bukan demo, hanya aksi saja,” tuturnya
Tak hanya hakim, Habib Rizieq juga ikut mencecar pendiri FRPB itu dengan berbagai macam pertanyaan. Pertanyaan Rizieq itu pun dijawab Suhadi, bahwa demo di Sentul digelar dengan berdasarkan pemberitaan di media soal Rizieq terpapar COVID-19 dan kabur dari RS UMMI.
Namun, Suhadi mengungkapkan, bahwa ia tak pernah mencari tahu kebenaran dari pemberitaan-pemberitaan yang ramai di media sosial. Suhadi pun mengaku khilaf karena telah menanggapi isu itu.
“Saya khilaf,” ungkap Suhadi
Pada sidang Rizieq Shihab hari ini, ada 8 saksi yang dihadirkan oleh tim Jaksa Penuntut Umum. Mereka terdiri dari direktur hingga perawat RS Ummi, mahasiswa dari kampus di sekitar Bogor, dan juga dua orang yang merupakan ketua dan pendiri FRPB itu.***