Jakarta (Riaunews.com) – Keberadaan buzzer bayaran atau dikenal dengan istilah buzzeRp dinilai sebagai perbuatan tercela.
Sebab, tak sedikit lontaran yang digaungkan para buzzer tersebut di media sosial kerap menista para tokoh, termasuk ulama yang harusnya dihormati.
Hal itu disampaikan Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar dalam menanggapi satire Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon yang menyebut buzzer sebagai mata pencaharian ekonomi kreatif.
“Sangat tercela pekerjaan buzzer yang mencari nafkah dengan menista, menfitnah, dan menjelekkan ulama dan cendekiawan yang menasihati penguasa,” kritik Musni Umar di akun Twitternya, Senin (8/6/2020).
Sangat tercela pekerjaan buzzer yg mencari nafkah dgn menista, menfitnah dan menjelekkan ulama dan cendekiawan yg menasehati penguasa. Kritik terhadap penguasa adalah nasehat supaya tidak salah dalam mengelola kekuasaan yg diberikan oleh rakyat melalui pemilu. https://t.co/FvSNmP5dIC
— Musni Umar (@musniumar) June 8, 2020
Yang paling nyata, para buzzer kerap kali menyerang pihak-pihak pengritik kebijakan pemerintah yang saat ini berkuasa. Padahal menurut Musni Umar, kritik penting disampaikan agar pemerintahan berjalan sesuai dengan mandat yang diberikan rakyat.
Baca: Pernyataan Jubir Luhut terkesan rendahkan buruh Tanah Air
“Kritik terhadap penguasa adalah nasihat supaya tidak salah dalam mengelola kekuasaan yang diberikan oleh rakyat melalui Pemilu,” tutup Musni yang juga seorang sosiolog ini.***