Makkah (Riaunews.com) – Hari ini, Kamis 9 Dzulhijjah 1441 (30/7/2020) jamaah haji menjalani wukuf di Padang Arafah.
Hampir bisa dipastikan, tidak akan ada pemandangan Jabal Rahmah yang memutih dipadati jamaah haji seperti tahun-tahun sebelumnya. Sebab, di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi di Arab Saudi, jumlah jamaah haji dibatasi hanya seribu orang.
Jumlah tersebut tentu sangat sedikit bila dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 2.489.406 orang.
Baca: 6 negara ini terlanjur batalkan pemberangkatan meski Arab Saudi buka ibadah haji
Konsul Haji KJRI Jeddah Endang Jumali menjelaskan, pada 8 Zulhijah (29/7) subuh, seluruh jamaah bergerak ke miqat atau titik awal niat ihram di Qarnul Manazil, Thaif.
Setelah itu jamaah menuju ke Makkah untuk menjalankan tawaf qudum di Masjidilharam.
Dari video yang beredar, pelaksanaan tawaf qudum diatur sedemikian rupa. Jamaah haji wajib berjalan sesuai dengan garis yang sudah ditentukan. Garis mengitari Kakbah itu berjarak sekitar 2 meter dari garis berikutnya. Jamaah yang tawaf sesuai garis juga harus menjaga jarak dengan jamaah di depan atau di belakangnya.
Tidak ada pemandangan jamaah berebut mencium Hajar Aswat. Maupun jamaah yang berebut untuk bisa salat di Hijir Ismail yang berada di samping Kakbah.
“Besok pagi (hari ini, 30/7, Red) jamaah bergerak ke Arafah,” kata Endang saat dihubungi kemarin.
Karena jumlah jamaah yang sangat sedikit, pergerakan ke Arafah dilaksanakan pada 9 Zulhijah atau bertepatan dengan hari wukuf.
Dalam keadaan normal, jamaah Indonesia sudah mulai bergerak dari Makkah menuju Arafah dini hari pada tanggal 8 Zulhijah atau H-1 wukuf. Pertimbangannya adalah jumlah jamaah yang besar dan keterbatasan armada bus.
Baca: Arab Saudi ternyata buka pelaksanaan ibadah Haji, Menag didesak cabut keputusan
Lebih lanjut Endang mengatakan, pada 25 Juli lalu jamaah mulai tiba di Jeddah. Misalnya dari Madinah sebanyak 230 orang dan dari Riyadh ada 171 orang.
Dia mengungkapkan, dari seribu jamaah itu, sebanyak 13 orang adalah warga negara Indonesia (WNI) yang bermukim di Arab Saudi.
Para WNI itu antara lain dari Jeddah dan Makkah sebanyak masing-masing empat orang. Kemudian dari Madinah dua orang. Lalu dari Riyadh, Yanbu’, dan Khobar masing-masing satu orang.
Pemerintah Saudi memberikan fasilitas yang baik dalam pelaksanaan haji tahun ini. Sebab, haji dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Di antaranya adalah jumlah jamaah dalam bus dibatasi 12 sampai 15 orang. Kemudian setiap jamaah menempati satu kamar.
Pemerintah Saudi menggunakan Hotel Four Point di wilayah Aziziyah untuk tempat menginap jamaah. Di setiap kamar sudah disiapkan sejumlah perlengkapan seperti payung, masker, dan sejenisnya.
Sementara itu, kendati pemerintah Saudi mengumumkan bahwa jamaah yang diizinkan berhaji hanya sekitar seribu orang, beberapa media lokal mengatakan bahwa jumlah jamaah tahun ini bisa mencapai 10 ribu. Sebanyak 70 persen dari total jamaah merupakan ekspatriat yang tinggal di Arab Saudi.
“Kami tak punya masalah keamanan. Tapi, isu kami adalah melindungi para jamaah dari wabah,” ungkap Direktur Keamanan Umum Arab Saudi Khalid bin Qarar Al Harbi kepada Agence France-Presse.
Baca: Aceh godok aturan agar bisa berangkatkan jamaah haji sendiri
Upaya otoritas untuk menjaga higienitas lokasi yang bakal dikunjungi jamaah haji memang luar biasa. Pekerja medis sudah lebih dulu mensterilkan alat mereka. Jamaah yang terpilih lewat seleksi online sudah diuji Covid-19 dan dikarantina di Makkah terlebih dahulu. Mereka juga harus melalui proses karantina seusai menunaikan ibadah haji.
Setiap jamaah diberi gelang elektronik agar lokasi mereka bisa dilacak. Mereka juga dibekali kerikil yang sudah disanitasi lebih dulu untuk ibadah lempar jumrah. Masker, sajadah, dan kain ihram sudah pasti disediakan juga. Namun, jamaah tak boleh sembarangan minum air zamzam. Air tersebut bakal dikemas otoritas untuk keperluan jamaah. Mereka juga dilarang menyentuh atau mencium Kakbah. Otoritas sudah menyiagakan staf untuk terus membersihkan dan menjaga area sekitar Kakbah.***
Sumber: Jawa Pos
Editor: Ilva