Medan (Riaunews.com) – Kabar mengejutkan datang dari para dokter dan tenaga medis penanganan pasien Covid-19 di Sumatera Utara (Sumut).
Pasalnya, para tenaga medis yang bertugas di salah satu Rumah Sakit (RS) khusus pasien Covid-19, RS GL Tobing dikabarkan dipaksa keluar dari tempat mereka menginap di Hotel Travel Hub, Kualanamu.
Mereka juga dikabarkan diberhentikan sepihak alias di-PHK, Sabtu (2/5/2020) siang, dan disebutkan belum menerima gaji selama bertugas sebulan ini.
Kabar ini viral di media sosial, setelah pemilik akun Joniar Nainggolan membuat status dan live Facebook terkait hal ini.
“Berita Hari ini 02 Mei 2020, Dokter, Perawat, Medis COVID-19 RS GL TOBING MEDAN dipaksa keluar dari tempat penginapan HOTEL TRAVEL HUB Kualanamu jam 12 siang. Sampai hari ini telah bekerja 1 bulan lebih belum menerima gaji. Mohon Bapak Joko Widodo sebagai Presiden RI menindak lanjuti laporan ini. NB: Mohon berita ini diteruskan ke semua media (saya bertanggungjawab atas isi berita),” tulisnya.
Dalam unggahan video di Youtubenya, Joniar juga mendatangi hotel tersebut dan merekam barang-barang milik tenaga medis yang sudah di luar kamar.
Dilansir Pojoksatu, Kepala Dinas Kesehatan Sumut, dr. Alwi Mujahit Hasibuan, yang dikonfirmasi membenarkan kabar para tenaga medis harus keluar dari hotel tersebut, karena pihaknya kekurangan anggaran.
Ini terjadi setelah pihaknya dan tenaga medis tidak menemui kata sepakat. Dimana, kesepakatan awal, para tenaga medis akan menempati satu kamar untuk satu orang. Namun, karena anggaran tidak mencukupi, Dinas Kesehatan Sumut meminta agar satu kamar ditempati dua orang.
“Karena budget sudah over jadi persoalan. Halus sekali pun saya mintanya. Saya minta mereka dua orang satu kamar. Mereka memaksa satu kamar satu orang. Dengan alasan saat perjanjian awal satu kamar satu orang, betul disampaikan saat awal satu kamar satu orang. Ternyata budgetnya begitu tinggi tidak mampu kita,” bebernya.
Selama sebulan di hotel tersebut, kata Alwi menghabiskan hampir Rp1 miliar. “Dua minggu pertama Rp400-an juta, dua minggu terakhir Rp500-an juta. Hampir satu miliar, untuk hotel saja di luar transportasi dan gaji,” lanjutnya.
Diakui Muhajit anggaran penanganan Covid-19 di Sumut kurang.
“Anggaran kurang, kita tidak tahu berapa lama pandemi corona. Artinya kalau mereka mau dua kamar satu orang, selesai masalahnya. Saya kan bisa menghemat separuh itu. Mereka tidak mau, artinya kita tidak sanggup, mereka tidak mau bantu kita lagi, silahkanlah memilih. Memilihlah orang itu semua, berarti silahkan mereka keluar,” jelasnya.
Soal PHK, Muhajit membantah. “Kalau mereka bilang di-PHK, enggak ada cerita PHK di sini, orang itu (yang mengabarkan) melakukan pembohongan publik. Kita paham (perjuangan mereka/tenaga medis) kita tidur-tidur di posko juga bukan mudah. Enggak ada niat yang enggak-enggak. Kecuali saya berikan tempat yang enggak layak, ini layak, mereka katanya berjuang, bukan pejuang begitu namanya,” paparnya.
Pun demikian, tentang hak gaji selama sebulan bekerja, Mujahit membenarkan belum dibayarkan. “Senin akan kita selesaikan itu, enggak mau kita mendzolimi orang,” tegasnya.
Lalu bagaimana soal operasional RS GL Tobing pascaberhentinya tenaga medis?
“Makanya kita pindahkan pasien ke RS Martha Friska kan rumah sakit kita juga. Dipindahkan (pasien), tadi. RS GL Tobing tidak ditutup, kita akan rekrut lagi orang yang berkomitmen,” ucapnya.***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.