Pekanbaru (Riaunews.com) – Lewat website resminya Boxrepsol.com, divisi balap pabrikan minyak Repsol melemparkan tuduhan frontal ke Valentino Rossi dan Dorna Sports serta pabrikan ban Michelin.
Dilansir Gridoto, dalam artikelnya, Repsol secara garis besar mengungkapkan keresahannya soal menurunnya pamor dan keseruan MotoGP dalam beberapa tahun terakhir.
Repsol khawatir terlalu buasnya pengembangan teknologi aerodinamika sekarang telah menjadi jalan sesat karena motor menjadi sulit menyalip.
Salah satu perusahaan raksasa asal Spanyol ini ingin agar ada batasan pengembangan aerofairing, agar MotoGP bisa seru seperti beberapa tahun lalu.
Namun sambil melempar dukungan agar pengembangan aerodinamika dibatasi, Repsol pun menyoroti soal rahasia-rahasia yang ada di masa lalu.
“Di masa lalu, ketika kategori baru dimulai di 2002, menggantikan kelas 500 cc yang spektakuler dan rumit, dibuat regulasi terbuka,” tertulis dalam artikel tersebut.
“Ada beberapa tipe mesin, V5, V4, inline 4, inline 3. Bahkan ada tiga pemasok ban berbeda. Tapi itu pemecahan dan membuka sebuah ketidaksetaraan yang besar,” jelasnya.
Repsol menuduh Michelin membuat ban khusus buat Valentino Rossi kala itu.
“Tidak semua orang mendapat ban yang sama, padahal pemasoknya sama. Ban custom dibuat berdasarkan data sejak hari pertama sesi latihan. Michelin melakukan tindakan ini dalam beberapa tahun di balapan Eropa,” sambungnya.
Sponsor tim pabrikan Honda ini mengklaim bahwa Michelin sampai rela bolak-balik dari pabrik ke sirkuit agar bisa menyiapkan ban spesial buat The Doctor.
Sedangkan Dorna Sports seolah membiarkan ketidaksetaraan tersebut semakin merajalela.
“Mereka bekerja melawan waktu di pabrikan Clermont-Ferrand (Prancis), untuk kembali mengirimkan ban spesial buar Valentino Rossi di Sabtu malam lewat jalur darat secepat mungkin,” jelasnya.
Kemudian setelah pemasok ban tunggal diperkenalkan di 2009, jarak antar pembalap semakin tipis.
Jika dihubungkan, sejak saat itu Rossi sudah tidak sedominan sebelumnya dan terakhir meraih gelar pada tahun 2009.
“Langkah selanjutnya di 2015 ketika pengenalan ECU tunggal. Elektronik juga membuat perbedaan besar, karena sangat mahal untuk dikembangkan, tak semua pabrikan bisa mengeluarkan biaya sebesar itu,” sambungnya.
“Tidak juga tim satelit yang tingkat ekonominya terbatas untuk melakukan upgrade sistem ini,” jelasnya.
Dan sekarang, Repsol menilai MotoGP sedang menuju arah kemunduran karena masalah kesetaraan itu semakin melebar lagi.
“Musim ini situasinya semakin buruk karena semakin sulit menyalip. Dengan teknologi baru, elemen aerodinamika yang masif, sistem yang memodifikasi tinggi motor untuk akselerasi yang efisien, membuat salip-menyalip semakin sulit,” lanjutnya.
Jarak antar pembalap semakin jauh, potensi menyalip sulit.
“Kau tak lagi bergantung dari potensi mesin dan skill pembalap. Kau mengendarai semakin cepat dan mengerem lebih sedikit, itu membuat semakin sulit mengejar waktu dan jarak untuk bisa menyalip dengan aman,” tegasnya.
Dorna seharusnya bisa membuat aturan yang menguntungkan penonton, bukan hanya soal semakin kencang.
Terakhir, Repsol mengungkapkan kerinduannya akan sosok Marc Marquez yang bisa memberikan hiburan dengan skill-nya, bukan karena motor yang lebih kencang saja.
“Jika seperti ini, mudah memahami bahwa kita merindukan Marc Marquez, pembalap ambisius tanpa kompromi, dia selalu memposisikan dirinya untuk bertarung demi kemenangan, mencoba hingga tikungan terakhir jika ada kesempatan,” jelasnya.
“Dengan dia di kondisi optimal, pertarungan dan penonton akan dijamin,” tuntasnya.***
Eksplorasi konten lain dari Riaunews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.