Oleh Oki Ummu Kinan, Penggiat Literasi Kab. Siak, Riau
Maraknya kasus Perundungan dewasa ini, seolah tidak punya solusi efektif. Mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, kasus perundungan terjadi di berbagai lini, dari mulai usia anak-anak hingga dewasa. Apakah menjadi pelaku dan juga korban.
Berdasarkan laporan data dari tempo.co edisi 4 Agustus 2023, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat ada empat kasus perundungan di lingkungan sekolah dari total 16 kasus dari bulan Januari–Juli 2023. Sayangnya, Empat kasus perundungan tersebut terjadi pada Juli 2023 di saat tahun ajaran 2023/2024 belum berlangsung satu bulan.
FSGI menerangkan 16 kasus perundungan terjadi di beberapa satuan pendidikan. Kebanyakan terjadi di jenjang pendidikan SD 25%, SMP 25%, SMA 18,75%, dan SMK 18,75%. Sedangkan di MTs 6,25% dan Pondok Pesantren 6,25%.
Perundungan terhadap 14 siswa SMP di Cianjur Jawa Barat, mendapat kekerasan fisik ketika terlambat ke sekolah. Ada juga yang melakukan kekerasan fisik, dengan dijemur kemudian ditendang yang dilakukan oleh kakak kelas yang sudah duduk di bangku SMA/SMK.
Kasus lain terjadi di salah satu SMAN di kota Bengkulu, Perundungan tidak hanya dilakukan sesama murid namun oknum juga terlibat, di mana satu siswi yang didiagnosa autoimun mengalami perundungan dari empat guru dan sejumlah teman sekelasnya.
Kelamnya Sistem Pendidikan Sekuler
Sistem pendidikan Sekuler hanya menambah buramnya sederetan daftar panjang kerusakan. Pelaku dan pendidik tidak luput dari tindakan ini.
Menurut Wikipedia Perundungan, perisakan, atau bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik.
Semua berawal dari sekulerisme yang menjauhkan peran agama dalam kehidupan. Agama hanya dijadikan sebagai simbol indentitas, jika pun masuk dalam pelajaran agama jam ajar hanya minim dan belum optimal dalam penerapan dalam aktivitas sehari-hari.
Ketika masalah demi masalah datang terus silih berganti, menunjukkan bahwa wajah pendidikan hari ini sedang tidak baik-baik saja. Seharusnya siswa para pendidik, terdidik untuk menjadi calon pemimpin masa depan. Kenyataannya justru ada siswa yang melakukan penikaman terhadap teman sekolahnya, karena korban kerap melakukan perundungan.
Belum lagi, oknum pendidik yang melakukan perundungan pada anak didiknya. Jika keamanan dan kenyamanan tidak didapatkan oleh para pendidik, hendak ke siapa bisa mereka dapatkan?
Jika masalah demi masalah ini tidak terselesaikan dengan sempurna, maka bisa dipastikan di masa yang akan datang negeri ini krisis kepemimpinan.
Sistem pendidikan Sekuler hanya melahirkan generasi yang tak berkualitas, generasi yang bersumbu pendek, generasi tempramental yang menjerumuskan pada tindakan kriminal. Generasi yang minus akhlak dan tidak beradab. Generasi yang labil dan tidak memiliki identitas.
Di sisi lain, apabila ada siswa yang berprestasi, namun minim ruhiah rohani. Prestasi hanya sebatas duniawi tanpa dibekali tujuan akhirat sesungguhnya. Kesenangan hidup sebatas materi, gaya hedonis dan liberalis seolah lumrah padahal hanya semu.
Generasi Cemerlang Dapat Dicetak Dengan Islam
Sepanjang sejarahnya, peradaban Islam adalah peradaban terbaik yang telah berhasil melahirkan generasi tangguh dan cemerlang. Generasi hebat yang telah diakui dunia yang tidak diragukan lagi kehebatannya. Bahkan sampai hari ini, ilmu mereka tetap menjadi rujukan di dunia pendidikan.
Usia-usia belia yang produktif, menjadikan generasi terdahulu menghantarkan mereka menjadi para ilmuan dan ulama yang hebat. Kehebatan yang disandarkan pada keimanan dan keilmuan yang luar biasa.
Pendidikan Islam hanya menjadikan aqidah sebagai landasan, tsaqafah pahami dan dipelajari dan ilmu dunia hanya sebagai tambahan. Jika pendidikan disandarkan pada aqidah maka bisa dipastikan, akan membentuk generasi yang beriman dan berilmu pengetahuan.
Aktivitas dalam kehidupan, dijalani dengan ketaatan pada aturan. Sehingga tidak akan terjadi peluang tindakan perundungan, baik anak-anak didik atau tenaga pendidik.
Wallahu’alam bishawab