Senin, 25 November 2024

Sekulerisme Membuat Perempuan Dan Anak terus dalam Bahaya

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Ina Ariani

Oleh Ina Ariani

Perempuan adalah makhluk mulia yang harus dijaga. Namun faktanya, ada banyak peristiwa yang menunjukkan berbagai ancaman bahaya pada perempuan dan anak. Dari penculikan, penganiayaan, pemerkosaan dan pembunuhan lalu di mutilasi, melansir beberapa fakta dari berbagai media, misalnya; Ibunda Malika, Onih, menceritakan kesaksian anaknya selama hampir satu bulan diculik oleh pemulung di Gunung Sahari, Jakarta Pusat (Jakpus). Onih menyebut anaknya kerap dimarahi hingga dipukul oleh pelaku bernama Iwan Sumarno (42). (detik.com)

Kemudian kepolisian berhasil menangkap pemulung yang menjadi pelaku penculikan anak perempuan di Jakarta Pusat, Iwan Sumarno (42), pada Senin (2/1) setelah sempat buron. (CNN. Indonesia), masih berita yang sama, di Bekasi masih tentang penculikan, kemudian dibunuh dan jasadnya dimutilasi, betapa kejam tak punya hati nurani sedikit pun begitu tega menghilangkan nyawa manusia. (beritasatu.com)

Di Binjai (6/1) Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mengunjungi Bunga (bukan nama sebenarnya), anak perempuan berusia 12 tahun yang tengah hamil 8 bulan diduga akibat kekerasan seksual yang dialaminya, di Kota Binjai, Jumat (6/1). Dalam kunjungannya tersebut, Menteri PPPA meminta keterangan dari orang tua dan pasangan suami-istri yang saat ini merawat korban. Selain itu, Menteri PPPA mendorong Pemerintah Daerah untuk memberikan perlindungan terbaik bagi korban sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. (kemenpppa.go.id)

Dari banyaknya peristiwa kriminalitas saat ini menunjukkan bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja butuh perhatian. Khususnya terhadap perempuan dan anak. Bagaimana nasib mereka kelak ketika keamanan berubah menjadi kejahatan yang mengerikan. Perlindungan yang menjadi hak terhadap keselamatan perempuan dan anak kini bagai mimpi disiang bolong. Bahaya besar datang merundung, jelas negara gagal menjadi pelindung. Masyarakat mengidap penyakit kronis sekulerisme sehingga sifat individual menjadi prinsip. Abai dan tidak peduli kondisi rusak disekitarnya.

Hal itu menunjukkan mandulnya sistem hukum yang ada, yang tak mampu memunculkan efek pencegah tindak kejahatan. Hal ini bisa dipahami karena regulasi yang ada lahir dari pemikiran manusia yang lemah. Ditambah lagi dengan rusaknya kepribadian manusia akibat penerapan sistem kapitalis sekuler. Kejahatan terhadap anak dan perempuan tumbuh kian subur, regulasi dari sistem aturan kehidupan sekuler. Sistem bukannya menghentikan malah membuat kejahatan semakin merajalela.

Disatu sisi ingin melindungi, tapi di sisi lain HAM menjadi bayang-bayang yang melegalkan tayangan-tayangan yang memunculkan sikap ikut-ikutan ingin mencoba, kemudian rangsangan seksual muncul dimana-mana. Akibatnya seperti rantai kejahatan yang terus bergulir mengintai perempuan dan anak disepanjang penerapan sekulerisme dalam kehidupan bernegara. Perempuan dan anak tidak memiliki perisai yang benar-benar menjaga kehormatan dan keamanan mereka.

Fakta miris yang menimpa anak dan perempuan mendesak mereka akan jaminan perlindungan yang hakiki. Rasa waspada dan kekhawatiran akan nasib generasi kedepannya butuh solusi yang sejati. Mereka butuh perisai (pelindung) yang bertanggung jawab tidak sebatas urusan dunia saja tapi pertanggungjawaban hingga akhir dihadapan Allah SWT.

Dalam perjalanan peradaban manusia, Islam pernah membuktikan bagaimana memperlakukan perempuan dan anak dengan jaminan keamanan dan kehormatan yang sangat menjaga nilai kemuliaan mereka. Sejarah mencatat 14 abad silam, bagaimana penerapan Islam dibawah naungan Khilafah telah menjadikan kehormatan dan kemuliaan perempuan menjadi prioritas utama yang menyelamatkan dan membawa ketentraman.

Dalam naungan Islam penguasa adalah perisai dalam memelihara diri dan kehormatan rakyatnya, memikul tanggung jawab dunia akhirat, seorang penguasa dalam Islam adalah pelindung bagi hak-hak umat dari tindak kejahatan, tak terkecuali perempuan dan anak.

Rosulullah mengingatkan akan tanggungjawab tersebut dalam sebuah riwayat:
“Sesungguhnya seorang imam itu laksana perisai. Dia akan dijadikan perisai, Dimana orang akan berperang dibelakangnya, dan digunakan sebagai tameng.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan dalam riwayat lain pun telah disampaikan oleh Rosulullah Saw.
“Tidaklah seorang pemimpin mengurusi urusan kaum muslim, kemudian dia tidak bersungguh-sungguh untuk mengurusi mereka dan tidak menasehati mereka, kecuali tidak akan masuk surga bersama mereka “ (HR Shahih Bukhari).

Bahkan Allah SWT telah memberikan penjagaan tersebut dengan sangat teliti, bagaimana Islam menjaga kemuliaan dan keamanan perempuan dalam pergaulan. Larangan ikhtilat atau bercampur baur antara pria dan wanita, adalah bentuk penjagaan sehingga tidak terjadi pelecehan ataupun kekerasan seksual terhadap perempuan.

Allah juga memerintahkan untuk menutup aurat dalam firman Nya surat Al ahzab ayat 59, tentang pakaian dan surat An-Nur ayat 31, tentang Khimar (kerudung). Islam melarang berkhalwat atau berdua-duaan bagi laki-laki dan perempuan dalam rangka menjaga iffah (kehormatan) dan Izzah (kemuliaan) mereka. Begitu pentingnya perempuan dalam pandangan Islam sehingga peran penguasa mempunyai andil dalam menerapkan aturan Allah tersebut.

Hanya dalam naungan syariat Islam yang memiliki aturan menyeluruh mampu memberikan efek jera dan juga mekanisme terbaik karena berasal dari Zat yang menciptakan manusia. Karena sudah terbukti dengan penerapan hukum Islam berbagai tindak kejahatan bisa di cegah (al-jawaazir) sekaligus menggugurkan dosa pelakunya (al-jawaabir).

Tiada kemuliaan selain dengan penerapan Islam kaffah, jaminan keamanan atas bahaya yang terus mengintai perempuan dan anak hanya akan terwujud sempurna ketika hukum Allah diterapkan dalam naungan negara. Penguasa adalah perisai yang menjadi junnah/tameng atas terkoyaknya mahkota kehormatan dan keamanan perempuan. Perempuan dan anak hanya akan aman dalam naungan syariat Islam.

Wallahu A’lam Bishshawab***

 

Aktivis Muslimah Peduli Pekanbaru

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *