Senin, 25 November 2024

Pendiri Telegram Sebut WhatsApp Miliki Backdoor untuk Memfasilitasi Pemerintah Meretas Ponsel Warga

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 
Pendiri sekaligus CEO Telegram Pavel Durov.

New York (Riaunews.com)- Pendiri Telegram Pavel Durov punya peringatan keras untuk dua miliar pengguna WhatsApp di seluruh dunia. Durov mengatakan pengguna sebaiknya menghindari WhatsApp untuk mencegah ponselnya jadi korban peretasan.

Peringatan Durov ini disampaikan dalam blog yang diunggah di channel Telegram-nya. Durov mengutip masalah keamanan yang diungkap oleh WhatsApp pekan lalu yang memungkinkan hacker untuk mengambil alih ponsel korban hanya dengan mengirimkan video.

“Hacker bisa memiliki akses penuh (!) terhadap semua yang ada di ponsel pengguna WhatsApp,” tulis Durov dalam postingannya di Telegram, seperti dikutip dari The Independent, Sabtu (8/10/2022).

“Yang perlu dilakukan hacker untuk mengontrol ponsel kalian adalah mengirimkan video berbahaya atau memulai panggilan video dengan kalian di WhatsApp,” sambungnya.

Durov juga mengatakan pengguna yang sudah memperbarui aplikasi WhatsApp di ponselnya ke versi terbaru tidak berarti aman dari ancaman hacker. Ia menjabarkan bagaimana WhatsApp memiliki masalah keamanan yang sama sejak tahun 2017 hingga tahun 2020.

Menurutnya hal ini bukan sekedar kebetulan. Durov mengklaim celah keamanan ini adalah backdoor yang ditempatkan untuk memudahkan pemerintah, penegak hukum dan hacker untuk melewati enkripsi dan fitur keamanan lainnya.

Pria berusia 37 tahun ini juga mengatakan siapapun bisa jadi korban peretasan jika menginstal WhatsApp di ponselnya. Ia mencontohkan pendiri Amazon Jeff Bezos yang ponselnya pernah diretas setelah menerima pesan WhatsApp yang ternyata berisi file berbahaya.

“Itulah mengapa saya menghapus WhatsApp dari perangkat saya bertahun-tahun yang lalu. Menginstalnya menimbulkan celah untuk membobol ponsel kalian,” jelasnya.

Meski mengajak pengguna untuk menghindari WhatsApp, Durov mengaku peringatan ini bukan untuk mengajak pengguna beralih ke Telegram. Ia mengatakan Telegram saat ini sudah memiliki 700 juta pengguna aktif dan dua juta pendaftar baru setiap harinya sehingga tidak membutuhkan promosi tambahan.

“Kalian bisa menggunakan aplikasi messaging apapun yang kalian suka, tapi hindari WhatsApp — itu sudah digunakan sebagai alat mata-mata selama 13 tahun,” pungkasnya.***

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *