Jakarta (Riaunews.com) – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon menanggapi soal karakter wayang mirip Ustaz Khalid Basalamah yang dihajar dalam pagelaran wayang di Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji mirip Gus Miftah.
Ia menyindir bahwa sebuah budaya seharusnya merangkul dan menyatukan, bukan malah memupuk dendam dan memecah bela.
“Apa kita harus tertawa puas melihat adegan ini?” kata Fadli Zon melalui akun Twitter resminya pada Senin, 21 Februari 2022.
“Harusnya tunjukkan bahwa budaya itu merangkul, menyatukan, menyelaraskan bukan memupuk dendam n memecah belah,” sambungnya.
Bersama cuitannya, Fadli Zon membagikan cuitan Twitter dengan nama akun “Pengajian Gus Miftah” atau @pgmoraaji yang mengunggah potongan video karakter wayang mirip Khalid Basalamah diamuk karakter Prabu Bolodewo.
“Pagelaran wayang kulit Ki Warseno Slank bersama Gus Miftah Jumat 18 Februari 2022, ajurrŕ… wayang basalamah dihajar habis-habisan,” kata @pgmoraaji pada Minggu, 20 Februari 2022.
Netizen menduga bahwa cerita yang diangkat dalam pagelaran wayang sengaja ditampilkan untuk menyindir ucapan Khalid Basalamah soal wayang yang ramai beberapa waktu yang lalu.
“Rumangsamu Bolodewo bantenge tanah Jowo arep mbok usik-usik. Amardhikane arep mbok ganggu cangkemu iki cangkem opo,” ujar dalang dalam video berdurasi 17 detik itu, dilansir dari Gala Media.
“Yen kowe ra seneng wayang ra sah kakean cangkem kowe. Rumangsamu arep dadi opo kowe. remuk-remuk, ayo diremuke,” sambung sang dalang.
Dalang yang menginisiasi pementasan tersebut, Ki Warseno Slenk pun angkat suara atas berbagai kritik yang diterima karena pagelaran wayang tersbeut.
“Saya nggak menyebut nama siapa pun. Improvisasi saja. Tidak ada maksud lain, hanya pergelaran saja,” ujar Warseno pada Senin.
Terkait kemiripan gambar wayang dengan sosok Khalid Basalamah, Warseno menilai setiap penonton berhak menginterpretasikan pertunjukannya.
“Itu kan gambar miring, kalau diinterpretasikan mirip siapa ya hak masing-masing. Lagi pula itu hanya gambar, bisa mirip siapa saja,” ujarnya.
Menurut Warseno, penggunaan wayang di luar tokoh Mahabharata dan Ramayana sudah biasa dilakukan di masa kini.
“Memang sekarang banyak dalang yang memunculkan tokoh baru, jadi nggak selalu, Kresna, Werkudara,” jelasnya.
Adapun mengenai aksi meremukkan wayang itu, Warseno pun menganggap hal itu wajar seperti pertunjukan wayang biasanya.
“Wayang kan seperti itu kalau perang,” pungkasnya.***