Oleh: Helfizon Assyafei
Ketika itu kami sedang diskusi ringan. Seorang dari kami berkata. “Sebenarnya mana yang lebih besar peluang kita masuk surga atau masuk neraka?”
Teman lainnya menjawab; masuk neraka. Sebab jalan ke neraka itu begitu mudah sesuai dengan nafsu. Sedang teman satunya lagi menjawab; masuk surga. Karena Tuhan memberi kita waktu yang sama 24 jam untuk melakukan amalan menuju ke surga atau ke neraka. Tinggal kita mau pilih yang mana. Tak ada yang melarang.
Saya hanya jadi pendengar yang baik. Menurut saya dua-dua jawaban itu benar. Tergantung mau pilih yang mana. Kalau mau ikut nafsu dapatkan manisnya sekarang pahitnya nanti. Kalau ikut iman sabar dengan pahitnya sekarang dan manisnya nanti.
Saya teringat cerita hikmah dari Tuan Guru malam Jumat pekan lalu. Ia nukilkan dari kitab Fadhail Amal karya Syaikhul Hadis Maulana Muhammad Zakariya Alkandahlawi Ra. Jadi begini ceritanya.
Pada zaman dahulu, setan dapat dilihat oleh mata manusia. Seseorang bertanya pada setan. “Beritahu aku bagaimana caranya agar aku dapat menjadi seperti diri mu?” Tentu saja Setan heran. “Belum pernah ada pertanyaan beginim” kata Setan. Orang itu berkata, “Hati saya menginginkannya,” Setan pun gembira karena kan bertambah pengikutnya, lalu menjawab.
“Bermalas-malaslah dalam sholat dan bersumpahlah sekehendakmu, baik benar maupun dusta.” Orang itu menyahut, “Demi Allah aku berjanji tidak akan bermalas-malasan dalam hal sholat dan tidak akan bersumpah dusta,” ujar orang tersebut.
Syetan terkejut dan berkata. “Sungguh saya belum pernah berbicara dengan orang secerdik kamu. Aku berjanji sekali-kali aku tidak akan lagi memberi nasehat kepada manusia manapun,” ujarnya.
Peluangnya sama. Tapi pilihan tetap di tangan kita…***
Telah dipublikasikan pertama kali di laman Facebook Helfizon Assyafei
Penulis merupakan wartawan senior Riau