Oleh. Ina Ariani, aktivis muslimah Pekanbaru
Dari pagi hingga menjelang pagi lagi, hujan turun manis-manis manja, loh kok manis manja, ya iyalah, hujannya dibilang lebat tidak, dibilang tidak ya lebat buktinya jilbab dan kerudungku basah, saat aku keluar jalan kaki berdua bungsuku untuk beli makanan Cimoy kucing lucu kami.
Dihampir sepanjang jalan banyak orang jual jagung dan arang, lucunya padahal hujankan, tapi banyak aja tuh orang yang beli jagung dan arang pakai ngantri lagi.
Ya, begitulah orang kebanyakan, untuk hal demikian mereka rela antri di tengah hujan. Apalagi kalau ada pembagian sembako murah dari caleg, wou masyaallah ramai berdesak-desakan. Miriskan ya, tapi itulah faktanya karena itu nyata, sementara diajak tuk kajian susahnya bukan main, beribu alasan disampaikan, Astaghfirullah.
Menurut mereka kalau diajak kajian, hemm sibuk-sibuk muluk gak ada waktu, tapi hal urusan dunia materi cepet banget responnya. Urusan kajian itu nanti-nantilah belum dapat hidayah. Ya Allah hidayah itu dijemput lo sayang, tak bisa datang sendiri, ibarat mau makan, sudah ada didepan kita nasi + lauk yang enak lezat, tapi kita gak berusaha menyuapkan nasi kemulut emang bisa?
Contohnya malam tahun baru ini, 31 Desember 2023, walau turun hujan dari pagi hingga ke pagi lagi, gak menyurutkan keinginan mereka tuk bakar-bakar, tiup trompet, bakar kembang api dan musikan, tidak perduli dimesjid ada majlis dzikir. Astaghfirullah….
Belum lagi dampak dari semua ini kemaksiatan pasti terjadi mabuk/judi, narkoba, lupa diri terlena, akhirnya berzina. Beberapa saat kemudian dampak perayaan tahun baru adalah hamil diluar nikah, naudzubillahi mindzalik.
Orang muslim haram ikut merayakan malam tahun baru. Apabila orang muslim ikut merayakan, sama saja kita mengakui tiga agama kafir sekaligus. Berikut penjelasannya;
Pertama, merayakan agama Romawi kuno, menyembah dewa-dewa (paganis) dan budaya orang kafir. Kedua, merayakan hari kelahiran Yesus. Ketiga, agama Yahudi.
Selain pengagungan terhadap dewa Janus (Tuhan agama Romawi Kuno) dan Yesus, dalam perayaan tahun baru umat Islam sudah mengamalkan tiga ritual agama kafir sekaligus. Nasrani dengan loncengnya memanggil jama’ahnya ketika mau beribadah. Yahudi dengan terompet untuk memanggil jamahnya ketika ingin beribadah. Majusi dengan api untuk memanggil jamaahnya ketika beribadah.
Oleh karena itu, perayaan tahun baru dengan meniup terompet, membunyikan lonceng, dan membakar mercon dan kembang api, membakar lilin dan sebagainya. Ini semua merupakan ritual tiga agama kafir. Maka merayakan tahun baru haram hukumnya bagi keimanan dan aqidah seorang muslim.
Jelas sekali sistem hari ini tidak sesuai dengan Islam. Dalam Islam haram merayakan tahun baru, membeli, memakai pernak pernik agama lain. Sistem mengaruskan umat Islam untuk toleransi, tapi sayang kebablasan sehingga menggadaikan akidah muslim itu sendiri, miris bukan?
Islam mengajarkan tolerasi beragama, tapi tidak bablas, tetap sesuai dengan syara’. Toleransi adalah sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat istiadat, budaya, bahasa serta agama semua itu dari Allah sebagai pencipta sekaligus pengatur. Dijelaskan dalam firman Alah Swt., Qs Al-Hujurat ayat 13
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan mejadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah Swt ialah orang yang paling bertaqwa diantara kalian. Sesungguhya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mendengar.”
Jadi toleransi adalah menghormati perbedaan itu sebagai suatu berkah, karena dengan perbedaan itu kita bisa dialog, kenal mengenal, menguji argumentasi tanpa melihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adat istiadat.
Kemudian kita harus bisa membedakan antara sikap toleransi dan sikap sinkretisme. Sinkretisme adalah membenarkan semua keyakinan/agama. Ini diharamkan dalam Islam karena termasuk sifat syirik. Dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ali-Imran ayat 19 “sesungguhnya agama yang diridai di sisi Allah Swt., hanyalah Islam.”
Jadi toleransi dalam Islam adalah menolak sinkretisme, yakni kebenaran hanya ada dalam Islam dan selain Islam adalah bathil. “Barangsiapa yang mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) dari padanya, dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS Ali Imron : 85).
Tolerasi sesungguhnya hanya bisa terwujud dalam sistem Islam, umat bersama-sama menerapkan Islam secara totalitas kafah. Kemudian mendakwahkan Islam keseluruh penjuru negeri. Dibawah naungan Daulah Khilafah dipimpin oleh seorang Khalifah.
Semoga saja hujan malam tahun baru ini membawa kerberkahan untuk seluruh alam.
اللهم صيبا نا فعا
“Ya Allah, turunkan lah pada kami hujan yang bermanfaat”
Mari kita maksimalkan waktu malam ini untuk muhasabah diri setahun lalu, kemudian merefleksi untuk setahun yang akan datang, akan kah diri akan terus berada dalam kubang kemaksiatan belum ada pikiran untuk beranjak menuju ke yang lebih baik.? Jelas-jelas kapitalisme sengsarakan umat, hanya khilafah sebagai perisai hakiki, Islam adalah solusi, khilafah adalah sebagai perisai hakiki.
“Ya Allah istiqamah kan aku dan suamiku juga ke 4 anak-anakku untuk tetap melaksanakan syariat Islam secara kaffah. Berada dalam barisan dakwah yang memperjuangkan tegaknya Al-Islam dibumi Allah.
Bersama jama’ah itu kita bisa, jauh dari jama’ah kita lemah. “Ya Robb kumpulkan aku dan keluargaku bersama orang-orang shaleh shalihah. “Ya Robb, lindungi kami, orangtua kami yang masih hidup maupun yang sudah tiada, guru-guru kami, saudara-saudari kami, kaum muslimin dan muslimat. Tetapkan hati kami dalam iman dan Islam. “Ya Allah semoga tahun ini menjadi awal tegaknya Al-Islam di bumi-Mu.”