Rabu, 23 Oktober 2024

Ironi Sikap Muslim di Pergantian Tahun

Ikuti Riaunews.com di Google Berita
 

Oleh Ina Ariani Aktivis Muslimah Pekanbaru

Hampir seluruh penjuru dunia manusia merayakan pergantian malam tahun. Tanpa terkecuali di Indonesia, Pekanbaru sendiri walau diguyur hujan sehari semalam setengah lebat, namun ada saja bunyi dentuman petasan, kembang api, tiupan trompet, dibarengi dengan beragam musik dibeberapa tiktik. Sudah menjadi hal biasa, bersenang-senang bahkan sampai lupa diri.

Sebagaimana yang dilansir dari Cnn.Indonesia.com, 31/12/2023, Perayaan malam Tahun Baru identik dengan pesta kembang api. Banyak orang merayakannya, seakan tidak ingin melewatkan acara ini, sambil melihat langsung keindahan dan kemeriahan pesta kembang apa. Acara ini tidak hanya ada disatu titik, tapi menyebar keberbagai lokasi. Hingga banyak rekomendasi spot yang ditawarkan untuk melihat perayaan kembang api.

Sementara saudara muslim lainnya sedang berduka, seharusnya umat Islam ibarat satu tubuh. Namun di pergantian malam tahun baru ini nampak nyata paradoks kaum muslim dalam bersikap. Pesta kembang api di tengah berkecamuknya perang di Gaza, jumlah korban perang meningkat dan penderitaaan muslim Rohingya adalah satu bentuk abainya kaum muslim terhadap urusan umat.

Di sisi lain, seiring waktu, sikap umat mulai kendor dalam menyuarakan pembelaan terhadap Palestina, juga pemboikotan produk mulai melonggar. Umat juga terpecah dalam mensikapi muslim Rohingya. Apalagi makin kuatnya pembungkaman oleh Meta pada akun yang menunjukkan pembelaan terhadap Palestina.

Inilah buah degenerasi yang memupus ukhuwah islamiyah. Paham ini hanya fokus pada urusan negeri sendiri, sementara yang lain tidak menjadi urusannya. Kemudian membuat sekat-sekat dinding pemisah antara sesama muslim lainya.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوادِهِمْ، وتَراحُمِهِمْ ، وتَعَاطْفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذا اشْتَكَى مِنهُ عُضْقَ تَداعَى لَهُ سَائِرُ الجَسَدِ بِالسَّهَرِ والحُمّى

“Perumpamaan umat muslim dalam hal menjaga hubungan kasih sayang dan kebersamaan ibarat satu tubuh, jika salah satu anggota sakit, maka seluruh tubuhnya akan terjaga dan merasakan demam.” (HR Muslim No. 2586).

Namun selagi sistemnya masih sekuler, ia akan terus mengaruskan arus nasionalisme, moderasi beragama dll. Kaum muslimin akan terus tercerai-berai bagai buih di lautan. Rasulullah Saw., bersabda;

“Akan datang masanya umat Islam akan diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya. Kemudian salah seseorang bertanya : ”Apakah jumlah kami sedikit?” (Tidak, kalian banyak, akan tetapi kalian seperti buih yang mengapung). Dan Allah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Kemudian Allah telah menimpakan dalam hati kalian penyakit Al-Wahn. Lalu seseorang bertanya : ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Nabi shallallahu ’alaih wa sallam bersabda : ”Cinta dunia dan takut mati. (HR. Abu Dawud, hadist no. 4297).

Faktanya sistem ini telah memaksa umat untuk tidak perduli dengan penderitaan saudaranya, ia hanya disibukkan dengan urusan pribadi materi dunia. Memisahkan antara aturan agama dengan kehidupan. Banyaknya umat muslim tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Untuk itu umat butuh Khilafah untuk menjaga agar setiap muslim tepat dalam bersikap mengamalkan hadist Nabi tsb. Saling tolong menolong, saling menasehati dalam ketaatan, dan kesabaran.

Kempemimpinan Khilafah mampu menyelamatkan kaum muslim yang tertindas di bumi manapun. Maka kita butuh memperjuangkan tegaknya Islam. Terlebih dahulu umat wajib bersama-sama menerapkan hukum Islam secara totalitas, kemudian mendakwahkan keseluruh negeri. Dengan begitu semoga tahun ini awal diterapkannya Islam, dibawah kepemimpinan daulah khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah yang mengikuti manhaj kenabian. Aamiin Allahumma Aamiin

Wallahu A’lam Bishshawab

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *